Senin, 12 Januari 2015



MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  
Memahami dan Mengamalkan Al-Quran


DISUSUN OLEH :

NAMA                   : HUSNI FAJRI
NIM                                 : 4214094
KELAS                  : 1.C BIOLOGI
MATA KULIAH  : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



DOSEN PENGAMPU :  AGUS MUKMIN, Lc, M.Hi
JURUSAN MIPA ( Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2014/2015


KATA  PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “ Memahami dan  Mengamalkan Al-Qur’an ” ini. Sholawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus Mukmin,Lc,M.HI atas bimbingan yang diberikan dalam proses pembuatan makalah ini selaku dosen  pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Kami berharap semoga makalah “Memahami dan  Mengamalkan Al-Qur’an ” ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua.  Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin ya rabbal ‘alamin.


Lubuklinggau, 05 Januari 2015



                                                                                         Penyusun














DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAPTAR ISI.................................................................................................................. iii         

BAB I  PENDAHULUAN............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

A.    Pengertian Al-Qur’an.............................................................................................. 2

B.    Fungsi Al-Qur’an...........................................................................................           3

C.    Cara Memahami Al-Qur’an..................................................................................... 4

D.   Hadits Mempelajari Al Qur’an dan Mengajarkannya.............................................. 8

E.   Hadits  keutamaan surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran..................................... 9

F.   Mengamalkan Al-qur’an Dalam Kehidupan Sehari-hari ......................................... 11

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 12

A.      Kesimpulan ………………………………………………………………...           12                          
                       
B.       Daftar Pustaka ……………………………………………………………..           13










BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya agar hidup bahagia di dunia dan akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi …” [Al Qashash:77]
Sayangnya, banyak ummat Islam yang tidak mempelajari sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga timbul berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan akhlak dan lain sebagainya.Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang beragama Islam, tapi dia tidak sholat, berjudi, berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga umat Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti Ingkar Sunnah yang tidak mengakui dan tidak mau mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan lain sebagainya. Hal ini jelas selain sesat juga menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.Oleh karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran Islam berdasarkan sumber yang sahih, bukan dari sumber yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.

Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri).Al-Qur’an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang disampaikan kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya berasal dari Allah SWT, dan diperintahkan oleh Nabi untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga perbuatan dan izinnya) dalam mendidik ummatnya sesuai dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Al-Qur’an
Secara Etimologi Al Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) keduanya berarti: membaca, atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Isim Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Isim Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Sedangkan secara terminologi Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang menyatakan bahwa  Al-Qur'an kalam atau wahyu Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu'an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.








B.      Fungsi Al-Qur’an

1.Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umat manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44).

2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.

3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya. Bagi kita,umat yang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.

4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw. Al-Qur'an adalah wahyu Allah  yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi.
Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT.
Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah ‘Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur'an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca Nabi.
Al-Qur’an mengatakan bahwa : “Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an begitu dinamis serta langgeng abadi, sehingga tidak ada di dunia ini suatu kitab suci yang lebih dari 12 abad lamanya, tetapi murni dalam teksnya”.
Rasulullah bersabda yang artinya : “ Ketahuilah, aku sungguh telah diberi Alquran dan yang seperti Alquran bersama-sama.” [HR. Abu Daud].
Berikut beberapa contoh Tafsirul ayat bil hadits :
Ayat yang artinya : “ Bagi orang-orang yang berbuat Tambahan di sini menurut keterangan Rasulullah, ialah berupa kenikmatan melihat Allah”. Beliau juga bersabda yang artinya : “Lantas tirai itu terbuka sehingga mereka dapat melihat Tuhannya, itu lebih mereka sukai dari pada apa-apa yang di berikan kepada mereka”.  [HR.Muslim].kemudian Beliau membaca ayat ini. “ada pahala yang terbaik ( Syurga) dan tambahannya.” [QS.Yunus : 26].

C.    Cara memahami al-qur’an
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
دِينًاالإسْلام لَكُمُوَرَضِيتُ نِعْمَتِيعَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْلَكُمْ كْمَلْتُ أَالْيَوْمَ
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3).
Kesempurnaan dan kejelasan ajaran Islam pun telah ditegaskan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wasallam di dalam hadits berikut ini:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلاَّ هَالِكٌ
Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian (syariat) yang putih cemerlang (jelas), malamnya seperti siangnya. Tidak akan menyeleweng daripadanya sepeninggalku melainkan dia akan binasa”. (HR. Ibnu Majah I/16 no.43, dan Ahmad IV/126 no.17182, dari jalan Al-‘Irbadh bin Sariyah rodhiyallahu anhu).
1.      MEMAHAMI AYAT DENGAN AYAT
Menafsirkan satu ayat Alquran dengan ayat Alquran yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat Alquran itu menerangkan makna ayat-ayat yang lain. Contohnya ayat, yang artinya : “ Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa cemas dan tidak pula merasa bersedih hati.” [QS.Yunus : 62]. Lafadz Auliya’ (wali-wali), ditafsirkan dengan ayat berikutnya yang artinya : “ Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” [QS.Yunus : 63]. Berdasarkan ayat di atas maka setiap orang yang benar-benar mentaati perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, maka mereka itu adalah Wali Allah. Tafsiran ini sekaligus sebagai bantahan orang-orang yang mempunyai anggapan, bahwa Wali itu ialah orang yang mengetahui perkara-perkara ghaib, memiliki kesaktian, di atas kuburnya terdapat bangunan kubah yang megah, atau keyakinan-keyakinan yang bathil yang lain. Dalam hal ini, Karomah bukan sebagai syarat untuk membuktikan orang itu wali atau bukan. Karena Karomah itu bisa saja tampak bisa juga tidak. Adapun hal –hal yang aneh yang ada pada diri sebagian orang-orang sufi dan orang-orang Ahli Bid’ah, adalah sihir, seperti yang sering terjadi pula pada orang-orang Majusi di India dan lain sebagainya. Itu sama sekali bukan Karomah, tetapi sihir seperti yang di firmankan Allah, artinya : “Terbayang kepada Musa, seolah-olah ia merayap cepat lantaran sihir mereka.” [QS. Thaha :66].

2.      MEMAHAMI ALQURAN DENGAN HADITS YANG SHAHIH
Menafsirkan ayat Alquran dengan hadits shahih sangatlah penting, bahkan harus. Allah menurunkan Alquran kepada Rasulullah tidak lain supaya diterangkan maksudnya kepada semua manusia. Firman Allah, yang artinya : “… Dan Kami turunkan Alquran kepadamu (Muhammad) supaya kamu terangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka agar mereka pikirkan.” [QS. An-Nahl : 44].
Rasulullah bersabda yang artinya : “ Ketahuilah, aku sungguh telah diberi Alquran dan yang seperti Alquran bersama-sama.” [HR. Abu Daud].Berikut beberapa contoh Tafsirul ayat bil hadits : Ayat yang artinya : “ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik ( Syurga) dan tambahannya.” [QS.Yunus : 26]. menurut keterangan Rasulullah, ialah berupa kenikmatan melihat Allah. Beliau bersabda yang artinya : “ Lantas tirai itu terbuka sehingga mereka dapat melihat Tuhannya, itu lebih mereka sukai dari pada apa-apa yang di berikan kepada mereka. “ kemudian Beliau membaca ayat ini. [HR.Muslim]. keturun ayat, yang artinya : “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka dengan kedzaliman …” [QS. Al-An’am : 82]. Menurut Abdullah bin Mas’ud, para Sahabat merasa keberatan karenanya. Kemudian mereka pun bertanya , “ Siapa di antara kami yang tidak mendzalimi dirinya ya Rasul ?” Beliau menjawab, “ Bukan itu maksudnya. Tetapi yang dimaksud kedzaliman di ayat itu adalah Syirik. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada putranya yang artinya : “ Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Karena perbuatan Syirik (menyekutukan Allah) itu sungguh kedzaliman yang sangatlah besar.” [HR. Muslim]. Dari ayat dan hadits itu dapat di ambil kesimpulan : Kedzaliman itu urutannya bertingkat-tingkat. Perbuatan maksiat itu tidak disebut Syirik. Orang yang tidak menyekutukan Allah, mendapat keamanan dan petunjuk.

3.      MEMAHAMI AYAT DENGAN PEMAHAMAN SAHABAT
Merujuk kepada penafsiran sahabat terhadap ayat-ayat Al Qur’an seperti Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Mas’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat. Karena, disamping senantiasa menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung dari Beliau. Berikut ini contoh Tafsir dengan ucapan Sahabat, tentang ayat yang artinya : “ Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [QS. Thaha : 5]. Al Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Baari berkata, Menurut Ibnu ‘Abbas dan para Ahli Tafsir lain, Istiwa itu maknanya Irtafa’a (naik atau meninggi).

4.      HARUS MENGETAHUI GRAMATIKA BAHASA ARAB
Tidak di ragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Alquran , mengetahui gramatika bahasa arab sangatlah penting. Karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab. Firman Allah yang artinya : “ Sungguh kami turunkan Alquran dengan bahasa Arab supaya kamu memahami.” [QS. Yusuf : 2]. Tanpa mengetahui bahasa arab, tidak mungkin bisa memahami makna ayat-ayat Al qur’an. Sebagai contoh ayat : Tsummas tawaa ilas samaa’i. makna Istiwa ini banyak di perselisihkan. Kaum Mu’tazilah mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran yang sangat keliru. Tidak sesuai dengan bahasa arab. Yang benar, menurut pendapat para Ahli Sunnah Wal Jama’ah, Istiwaa artinya ‘ala wa Irtafa’a (meninggi dan naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan Al-‘Ali (Maha Tinggi). Anehnya banyak orang penganut faham Mu’tazilah yang menafsiri lafadz Istawa dengan Istaula. Pemaknaan seperti ini banyak tersebar di dalam kitab-kitab Tafsir, Tauhid dan ucapan-ucapan orang. Mereka jelas mengingkari ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas tercantum dalam ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits yang shahih, perkataan para sahabat dan para Tabi’in, mereka mengingkari bahasa Arab di mana Alquran diturunkan dengan bahasa itu. Al Imam Ibnu Al Qayyim berkata, Allah memerintahkan orang-orang Yahudi supaya mengucapkan “Hitthotun” (bebaskan kami dari dosa), tapi mereka rubah menjadi “Hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum Mu’tazilah yang mengartikan Istiwa dengan arti Istaula.
Contoh kedua, pentingnya bahasa arab dalam menafsirkan suatu ayat, misalkan ayat yang artinya : “ Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah ( yang Haq ) melainkan Allah…” [QS. Muhammad : 19]. Ilah artinya Al Ma’bud ( yang di sembah) maka kalimat Laa ilaaha Illallaah, artinya La Ma’buuda illallaah (tidak ada yang patut di sembah kecuali Allah). Sesuatu yang di sembah selain Allah itu banyak ; Orang-orang Hindu di India menyembah sapi. Pemeluk Nashrani menyembah ‘Isa Al Masih, tidak sedikit dari kaum muslimin sangat di sesalkan karena menyembah para wali dan berdo’a meminta sesuatu kepadanya. Padahal, dengan tegas Rasulullah berkata, Artinya :” Do’a itu ibadah.” [HR.Tirmidzi]. Karena sesuatu yang dijadikan sesembahan oleh manusia banyak macamnya, maka dalam menafsirkan ayat diatas harus ditambah dengan kata Haq sehinggan maknanya menjadi Laa Ma’buuda Haqqon Illallaah ( tidak ada sesembahan yang Haq kecuali Allah). Dengan begitu, semua sesembahan-sesembahan yang bathil yakni selain Allah, keluar atau tidak masuk dalam kalimat tersebut. Dalilnya ialah ayat berikut, yang artinya : “ Demikianlah, karena sesungguhnya Allah. Dialah yang Haq. Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang bathil.” [QS. Luqman : 30]. Dengan di artikannya makna Ilah menjadi Al Ma’buud, maka jelaslah kekeliruan kebanyakan kaum muslimin yang berkeyakinan bahwa Allah ada di mana-mana dan mengingkari ketinggian Nya di atas ‘Arsy dengan memakai dalil ayat berikut ini, yang artinya : “ Dan Dialah Tuhan di langit dan Tuhan di Bumi.” [QS. Az-Zukhruf : 84]. Sekiranya mereka mamahami arti Ilah dengan benar, niscaya mereka tidak memakai dalil ayat tersebut. Yang benar, seperti yang telah di terangkan di atas, Al Ilah itu artinya Al Ma’buud sehingga ayat itu artinya menjadi : “ Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di Bumi.” Contoh ke tiga, pentingnya Gramatika bahasa arab untuk supaya bisa menafsirkan ayat dengan benar, ialah mengetahui ungkapan kata akhir tapi didahulukan, dan kata depan namun ditaruh di akhir kalimat. Sebagai contoh, Firman Allah : “ Iyyaaka na’budu wa Iyyaaka nasta’in.” Artinya : “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu pula kami memohon pertolongan.” [QS Al Fatihah : 5]. Di dahulukan kata Iyyaaka atas kata kerja Na’budu dan Nasta’in, ialah untuk pembatas dan pengkhususan, maka maksudnya menjadi Laa Na’budu illa iyyaaka walaa nasta’iinu illa bika yaa Allah, wanakhusshuka bil ‘ibaadah wal ‘Isti’aanah wahdaka. ( kami tidak menyembah siapa pun kecuali hanya kepada-Mu. Kami tidak memohon pertolongan kecuali hanya kepada-Mu, ya Allah. Dan hanya kepada-Mu saja kami memohon beribadah serta memohon pertolongan).
5.      MEMAHAMI NASH AL QUR’AN DENGAN ASBABUN NUZUL
Mengetahui Asbabun Nuzul (peristiwa yang melatari turunnya ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Alquran dengan benar.

D.  Hadits Mempelajari Al Qur’an dan Mengajarkannya.

خَيْرُكُمْ وَسَلَّمَعَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللهِ رَسُولُ قَالَ:قَالَ عَنْهُتعالى اللَّهُ رَضِيَ عَفَّان بنِ عُثْمَانَعَنْ:
وَعَلَّمَهُ الْقُرْآنَ تَعَلَّمَ مَنْ
Dari Utsman bin 'Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata: bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya”. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari Rahimahullahu Ta’ala).
Faidah-faidah yang bisa diambil dari hadits di atas adalah:
Beragamnya keutamaan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya. Bahwasanya ilmu yang paling utama adalah mempelajari AlQur’an dan mempelajari makna-makna yang terkandung di dalam AlQur’an, serta mengamalkan ilmu tersebut, bukan hanya hafalan yang kosong dari pemahaman maknanya.
    Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya.
    Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.Berkata Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu Ta’ala: “Wajib untuk diketahui bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan kepada para shahabatnya Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum, makna-makna AlQur’an sebagaimana beliau menjelaskan lafadz-lafadznya kepada mereka. Maka firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menjelaskan pada umat manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka” (QS An-Nahl:44), mencakup penjelasan secara lafadz dan makna. Sungguh telah berkata Abu ‘Abdurrahman As-Sulamy: “telah mengabarkan kepada kami orang-orang yang dahulu membacakan kami AlQur’an dari kalangan shahabat seperti Utsman bin ‘Affan, ‘Abdullah bin Mas’ud dan selain mereka berdua, bahwasanya dulu ketika belajar dari NabiMuhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam 10ayat AlQur’an, mereka tidak akan melanjutkannya sampai mereka mendalami benar apa-apa yang ada di dalamnya, baik berupa ilmu maupun amalannya. Mereka Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum berkata: “Maka kami belajar ilmu-ilmu AlQur’an serta mengamalkan seluruhnya.”.
E.     Hadits  keutamaan surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran
Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya. [HR. Muslim 804]
Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا ».
Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 805]
Pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu :
1. Membaca Al-Qur`an, dan
2.  Beramal dengannya.

1. Type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka.
2.      Type lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya,sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu.” [HR. Muslim]
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala :
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29]
supaya mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu.

F.     Mengamalkan Al-Qur’an Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pertama ; Mengimani Al Qur'an, meyakini Al-Qur'an sebagai Wahyu Allah yang harus dipahami dan dipelajari untuk dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman hidup, bukan dijadikan jimat, dan lain-lain.
Kedua     ; Melafadzkan, artinya qiro'ah/membaca Al Qur'an dengan lancar ataupun dengan terbata-bata, bagi Allah yang dinilai adalah seberapa besar usaha kita untuk dapat membaca Al Qur'an. Disampaikan pula sebagai motivasi bahwa orang yang membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata lebih dihitung oleh Allah SWT.
Ketiga  ; Memahami Al Qur'an Alqur'an setelah dibaca dipahami maknanya sehingga dijadikan sebagai tuntunan untuk memperoleh keselamatan di dunia sampai akhirat.
Keempat ; mengamalkan, dijelaskan bahwa  pokok dari Al-Qur'an adalah amalan, dengan begitu maka fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk dapat terpenuhi.
Kelima   ; Mendakwahkan Al-Qur'an, yaitu menyampaikan kelada orang lain dalam bentuk verbal ataupun non verbal, yaitu memberikan contoh/tauladan perilaku yang berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengalaman Al Qur'an merupakan bagian terpenting mendakwahkan Alqur'an.











BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Alhamdulillah atas sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Mempelajari dan Mengamalkan Al Qur’an sudah dijelaskan sebagaimana kita harus dapat mempelajari dan memahami Al Qur’an untuk kepentingan kita semua. Oleh sebab itu kita sebagai umat Islam harus senatiasa mencontohkan Akhlak Nabi Muhammad SAW .Untuk Keselamatan kita semua di dunia dan akhirat Oleh karena itu, dalam pembahasan ini banyak mengandung masalah keNabian, keTuhanan, dan peribadatan terhadap Allah Swt. Ilmu taubat adalah ilmu yang penting. Keperluan atas ilmu itu amat mendesak, terutama dalam zaman kita ini. Karena manusia telah banyak tenggelam dalam dosa dan kesalahan. Mereka melupakan Allah SWT sehingga Allah SWT membuat mereka lupa akan diri mereka. Banyak sekali godaan untuk melakukan kejahatan, dan banyak pula penghalang manusia untuk melakukan kebaikan.
Akhirnya, semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjadikan Allah sebagai tujuan hidup kita, Rasulullah Muhammad Saw. sebagai Panutan hidup kita, Al-Quran sebagai imam dan petunjuk hidup kita, Jihad sebagai jalan juang kita dan Mati Syahid dijalan Allah menjadi cita-cita kita tertinggi. Sembari bermunajat kepada Allah Swt. dengan penuh khusyu’ dan khudlu’ mudah-mudahan sekecil apapun perbuatan kita yang senantiasa diiringi dengan keikhlasan menjadi kendaraan menuju surga Allah Swt. dan menempatkan kita beserta para Nabi dan rasul-Nya, bersama orang-orang yang ditunjukan kebenaran atas risalah-Nya, bercengkrama bersama para Syuhada dan shalihin dan termasuk golongan orang yang dicintai-Nya. Amiin …







B. Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CABANG-CABANG ILMU BIOLOGI

Cabang cabang biologi terlengkap .  Biologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh mahluk hidup. Kajiannya sangat luas mulai dari tingkat...