Jumat, 19 Desember 2014

makalah permasalahan pendidikan di indonesia



MAKALAH
PERMASALAHAN PENDIDIKAN


DISUSUN OLEH :
·       HUSNI FAJRI                          4214094
·       WINDI MARSELENA           4214030
·       NOVI LENSI                            4214019
·       TETI KUSMIRA                     4214011
·       DORA ERLINA                       4214038
·       TRI OKTARIA                      4214110

KELAS I.C  BIOLOGI
DOSEN PENGAMPU :  DEWI AULIA MARGARETTA, M.Pd,
JURUSAN MIPA ( Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam )
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA  PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “Permasalahan Pendidikan” ini. Sholawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dewi Aulia Margaretta, M.pd atas bimbingan yang diberikan dalam proses pembuatan makalah ini selaku dosen  pembimbing mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Kami berharap semoga makalah “Permasalahan pendidikan” ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua.  Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin ya rabbal ‘alamin.


Lubuklinggau, 24 September 2014




                                                               Tim Penyusun





i
 


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................             i

DAPTAR ISI................................................................................................................             ii

BAB I  PENDAHULUAN..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

A.    Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya...................................

B.     Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan…………………………………………..

C.     Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan........................................................

D.     Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan.........
           
E.     Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya....................................

F.      Kondisi Pendidikan Di Indonesia..........................................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................


A.    KESIMPULAN.....................................................................................................    
    

B.     DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
















ii
 



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas menyiapakan sumber daya manusia untuk pembanguan. Langkah pembangunan selalu di upayakan seirama dengan tuntutan zaman. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu di hadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah yang di hadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama sifat sasarannya yaitu manusia sebagai mahkluk  misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi kehari depan yang tidak segenap seginya terjangkat oleh kemampuan gaya ramal manusia. Oleh karna itu, perlu ada rumusan sebagai masalah pokok yang dapat di jadikan pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
v  Apa permasalahan pokok dalam pendidikan?
v  Apa saja jenis permasalahan pokok dalam pendidikan?
v  Apa permasalahan aktual pendidikan dan penanggulangannya?

C.      TUJUAN MASALAH
v  Untuk mengetahui permasalahan pokok dalam pendidikan.
v  Untuk mengetahui jenis permasalahan pokok dalam pendidikan.
v  Untuk mengetahui permasalahan aktual pendidikan dan penanggulangannya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Permasalahan Pokok Pendidikan dan  Penanggulangannya
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem social budaya sebagai suprasistem tersebut dimana system pendidikan  menjadi bagiannya, menciptkan kodisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern. System pendidikan itu menjadi sangat komplek artinya suatu permasalah intern dalam pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah masalah di luar system pendidikan itu sendiri.  Misalnyamasalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat di lepaskan dari suatu kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan sangat komplek, menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak. Ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan, yaitu;
1)     Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2)     Bagaimana pendidikan dapat membekalali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat

B.     Jenis permasalahan pokok pendidikan
Empat masalahan pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu di prioritaskan penanggulangannya. Masalah yang di maksud;
1.       Maslah pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoaalan bagaimana system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh waga Negara untuk memperoleh pendidikan,  sehingga pendidikan menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Permasalahan pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak di tamping di dalam sistem atau lembaga pendidikan Karena kurangnya pasilitas pendidikan yang tersedia. di tanah air. kita pemeratan pendidikan, telah dinyatakan dalam Undang-Undang No. 04 tahun1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah.

Landasan yuridis pemerataan pendidikan peanting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
                           
C.      Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak  macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh  pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,langkah langkah ,yaitu:
1). Cara konvensional antara lain:
a. membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar. 
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shif.
2). cara inovatif antara lain:
a. sistem pamong(pendidikan oleh masyarakat,orang tua,dan guru).
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem guru kunjung.
d. SMP Tebuka.
e. kejar paket A dan B
F. Belajar jarak jauh,seperti Universitas Terbuka
2.    Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti Yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga Penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran,dengan system sertifikasi Jadi mutu pendidikan pada akhir nya dilihat pada kualitas keluaran nya.jika tujuanPendidikan nasional dijadikan kriteria ,maka pertanyaan nya adalah: Apakah keluaran Dari suatu system pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan Berkarya ,anggota masyarakat yang social.dan bertanggung jawab ,warga Negara Yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan social. Dengan kata lain apakah keluaran itu mewujudkan diri sebagai manusia manusia Pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya.
Yang tetap menjadi persoalan ialah bawah cara pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Berhubungan dengan sulit nya pengukuran terhadap produk tersebut maka  jika orang berbicara tentang mutu pendidikan ,umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA, Ebtanas, atau hasil Simenmaru, UMPTN dan lain lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran        Tentang hasil pendidikan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. di dalam Tap MPR RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bawah titik berat pembangunan Pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan Dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perluh lebih disempurnakan dan Ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar system pendidikan khusus Nya system persekolahan dengan segala jenis dan jenjang di seluruh pelosok tanahAir (kota dan desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya  masing-masing.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
        Pada dasarnya pemecaha masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen masukan mentah untuk jenjang. pendidikan menengah,dan tinggi,dan komponen masukan instrumental)serta mobilitas komponen-komponen tersebut.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi Hal hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak,personalia,dan manajemen sbb:
a.       Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah,khususnya untuk SLTA Dan PT
b.      Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut,misalnya berupa pelatihan ,penataran, seminar,kegiatan kelompok studi seperti PKG
c.    penyempurnaan kurikulum ,misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan mengandung muatan local ,metode yang menantang dan mengairahkan belajar ,dan melaksanakan evaluasi yang beracun PAP
d.   pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar
e.   penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket,media pembelajaran dan peralatan laboratorium
f.    peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g.   kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan  kegiatan:
1) laporan penyenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan
2) supersi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas
3) system ujian nasional/ Negara seperti Ebtanas,Sipenmaru/UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga

3.     Masalah Efisiensi pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan Mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan Jika penggunaan nya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensi tinggi. jika terjadi yang sebalik nya ,efisiensinya berarti rendah, Berapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a.       Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan
b.      Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c.       Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d.      Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga

Masalah pengembangan tenaga pendidikan dilapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyosong hadirnya kurikulum baru. setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.


Masalah efisiensi dalam penggunaan sarana dan prasarana
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bias terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering jug karena perubahan kurikulum.
Banyak sedung SD inpres (yang mulai dilancarka  pembangunannya pada akhir Pelita II) karena beeberapa sebab dibangun pada lokasi yang tidak tepat. Akibatnya banyak SD yang kekurangan murid atau ruang belajar kosong. Jika kondisi seperti ini terdapat pada banyak kabupaten dan provinsi, maka akan terjadinya pemborosan yang tidak terelakkan. Sebab bangunan tidak bias dipindahkan, lagi pula daya tahan terbatas.

4.     Masalah Relevansi pendidikan  
Masalah relevansi pendidikan mencangkup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai kebutuhan pembangunan. Sebenarnya criteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebangai berikut;
·               Setatus lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
·               Sistem  petidak pernah menghasilkan luaran siap pakaiyang ada ialah siap kembang.
·               Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persaratannya yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
3)     Saling  Berkaitan Antara Malasah-Masalah Pendidikan
Pada dasarnya pembangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu sekaligus. Ada dua factor yang dapat di kemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada saat demikian. Pertama, gerakan perluasan pendidikan untuk menlayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi raakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya. Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterus.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat di abaikan karena upaya tersebut,  terutama pada saat saat suatu bangsa sedang mulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu di samping tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi rakyat banyak) juga tujuan pembanguan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima imformasi dan memliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

D.  factor-Faktor  Yang mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Uraian selanjutnya akan mengemukakan maalah masalah makro yang merupakan  factor – factor yang mempengaruhi berkembangnya masalah  pendidikan yaitu;
·         Perkembangan iptek dan seni
·         Laju pertumbuhan penduduk
·         Aspirasi masyarakat
·         Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
1.      perkembangan iptek dan seni
a.       Perkembangan iptek
Terdapat hubung yang erat antara pendidikan dengan iptek. Ilmu pengethuan merupakan hasil ekplorasi secara system dan terorganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengtahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan dengan iptek itu, misalnya sering suatu teknolgi baru yang digunakan dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi eknomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan – bahan baru, kondisi pelayanan baru sampai kepada berkembangnya gaya hidup baru,  kondisi tersebut minimal dapat mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya bahkan mungkin rumusan baru tunjangn pendidikan,  otomatis juga sarana penunjangan seperti sarana laboratorium dan ketenangan.  Semua perubahan tersebut tentu membawa masalah dalam sekalah nasional yang tidak sedikit memakan biaya.
b.      Perkembangan seni
Seni merupakan aktivitas berkreasi manusia secara indivual atau kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian dapat menyalurkan dorongan berkreasi yang bersifat orisinil dan dorongan spontanitas dalam menumukan keindahan. Seni membutuhakan pengembangan.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yang terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai peranan yang besar karena  dapat mengisi pengembangan dominan apektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif  serta keterampilan disamping dominan kofnetif yang sudah digarap memlalui program atau bidang studi yang lain.
 Dilihat dari segi lapangan kerja dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
2.        Laju pertumbuhan penduduk
a.       Pertambahan penduduk
Dari sekarang hingga abad XXI terus menerus bahan penduduk akan tejadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun lebih cepat yaitu 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran, yaitu sebesar 3,5%  hal tersebut juga mengakibatkan berubahan susunan umur penduduk dengan bertambahnya jumlah pendudukan maka penyedian prasarana dan saran pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus bertambah.  Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah
b.      Penyeebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di keseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah pendalaman, khususnya di daerah yang terpencil yang berlokasi di pegunungan dan di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyedian sarana pendidikan.


3.     Aspirasi Masyarakat
Aspirasi masyarakat dalam banyakhal meningkat khususnya aspirasi terhadap pendidikan  hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekrjaan , kesemuaan ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk hidup yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberikan jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan mendakian di tangga social. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya bersekolah agar nantinya anak-anaknya memperoleh perkerjaan yang lebih baik darimpada orang tua nya sendiri.

4.     Keterbelakangan Budaya Dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang di berikan oleh sekelompok masyarakat kepada masyarakat lain  pendukung suatu budaya bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayanya pasti dipandang sebagai sesuatu bernilai yang baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau ketinggalan zaman. Semestinya masyarakat luar itu bukan harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuian kebuadayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu di katakan terbelakang.
Keterbelakangan budaya terjadi karena letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat terpencil, penolakan masyarakat terhadapat datangnya unsur budaya baru karena tidak di pahami atau karena di khawatirkan akan merusak seni masyarakat,  ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure kebudayaan tersebut.

E.    Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangan nya
1.  permasalahan actual pendidikan di Indonesia
Permasalahan actual berupa kesenjangan –kesenjangan yang ada pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi.beberapa masalah actual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi keutuhan pencapaian sasaran,kurikulum ,peranan guru ,pendidikan dasar 9 tahun ,dan pendayagunaan teknologi pendidikan.masalah actual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaan nya.misalnya muncul kurikulum baru adalah masalah konsep.apakah kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis(berdasarkan perkembangan undang –undang pendidikan) dan secara psikologis(berdasarkan hukum perkembangan peserta didik) atau tidak.

a.        Masalah keutuhan pencapaian sasaran
Di dalam undang-undang NO 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional Bab II pasal 4 telah di nyatakan bawah tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuh nya.kemudian dipertegas lagi secara rinci di dalam GBHN butir 2a dan b,tentang arah dan tujuan pendidikan bawah yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan rohani,manusia yang memiliki hubungan secara vertical(dengan tuhan yang maha esa) ,horizontal(dengan lingkungan dan masyarakat) dan konsentris(dengan diri sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi.jadi konsep nya cukup baik.
b.      Masalah kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaan nya.yang menjadi sumber masalah yakni bagaimana system pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun kelapangan kerja(bagi yang tidak melanjut sekolah) dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk keperguruan tinggi(bagi mereka yang ingin lanjut) .sistem pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan kurikulum 1984(SK No. 0209/U/1984) yang didesain sebagai penyempurnaan kurikulum 1975/76.
Kosep kurikulum 1984 juga memiliki kelebihan karena ada nya keluesan –keluesan antara lain;
-   Disediakan nya aneka program belajar,untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
-   Ada nya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional,memuat pengetahuan minimal dan program khusus A dan B dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
-   Adaya program pusat dan program daerah(muatan local)Sekalipun demikian tetap disadari bawah pelaksanaan kurikulum ini tidak mudah dan cukup rumit.disinilah letak masalah nya. Kerumitan-kerumitan itu antara lain , meliputi;
§  Pemilihan materi muatan local yang tepat
§  Penyusunan program (disajikan secara monolitik atau interagatif) ,juga menentukan pihak –pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dari dalam dan luar lingkungan sekolah.
§  Koordinasi pelaksanaan
§  Penyediaan sarana ,fasilitas, dan biaya.
Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan Pembina pendidikan di lapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad bersama.hambatan yang besar dari pemecahan terhadap konsep tersebut adalah bagaimana memasyarakatkannya dikalangan para pelaksana pendidikan dilapangan.
c.       Masalah peranan guru
Kosep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanism yang memberikan arah baru pad pendidikan ,sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara-cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan .dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang disempurnakan .sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system pendidikan juga harus berubah.
Guru mendudukan dirinya hanya sebagai bagian dari sumber belajar.beraneka ragam sumber belajar yang hanya justru dapat ditemukan diluar dari guru seperti perpustakaan, taman bacaan, museum,tokoh buku,berbagai media massa ,lembaga-lembaga social,orang-orang pintar,kebun binatang,alam dan lingkungan sekitar,dan lain-lain .sebagai mana Comenius pernah mengingatkan bawah ala mini adalah buku besar yang sangat lengkap isinya.
Dalam hubungan dengan multiperan guru seperti dikemukakan diatas maka masalah yang timbul ialah bagaimana guru dapat melakukan multiperan seperti itu jika pada kebanyakkan sekolah mereka adalah pejuang tunggal.kalaupun seandai nya ia sudah didampingi oleh petugas yang lain seperti konselor dan lain-lain ,sudahkah ia memiliki wawasan dan kemampuan yang cukup untuk melaksanakan multiperannya itu.kenyataan menunjukkan bawah kebanyakan guru belum siap untuk berbuat demikian.
d.      Masalah pendidikan dasar 9 tahun
Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan yang kuat.UU RI Nomor 2 tahun 1989 pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang –kurang nyatamat pendidikan dasar ,dan l pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar.kemudian PP No 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bawah pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun.,terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP ,pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan nya sebagai pribadi,anggota masyarakat, warga Negara,dan anggota umat manusia,serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 yang antara lain mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dasar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami langkah maju di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun yaitu sampai tingkat SD.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9tahun lebih lebih pada tahap awal sudah pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah;
-          Rialisasi pendidikan dasar yang di atur dengan PP No 28 tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP No 65 tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum di cabut.
-          Kurikulum yang belum siap. Jika dalam tahun 1994 ini kurikulum sudah dapat didistribusikan kesekolah –sekolah, tentunya sarana penunjang yang lainnya seperti bubku-buku dan  fasilitas lainnya masih harus di tunggu lagi.
-          Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain lain.

2.      Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya perlu dilakukan untuk menanggulangi maalah masalah actual, antara lain sbb;
a.       Pendidkan afektif perlu di tingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara incidental. Pendekatan keterampilan proses yang sudah di sebar luaskan konsepnya perlu di tindak lanjutidengan menyebarkan buku panduannya kepada sekolah- sekolah. Dalam hubungan ini peaksanaan pendidikan kesenian perlu di beri perhatian khusus sehingga tidak menjadi pelajaran yang di kesampingkan.
b.      Pelaksanaan ekstrakulikuler di kerja kan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya pelu di perhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau pun pelulusan. Untuk itu perlu di kaitkan dengan pemberan inisiatip bagi.
c.       Pemilihan siswa atas kelompok yang akan di lanjutkan belajar ke peguruan tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang perinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi
d.      Pendidikan tenaga kependidikan pelu di beri perhatian khusus oleh karena itu tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan. PKG (pusat kegiatan guru), MGBS (musyawarah guru bidang studi) dan MGMB ( musyawarah guru mata pelajaran) perlu d tumbuh kembang terus sebagai model pengembangan kemampuan guru. Pendaya gunaan sumber belajar beranekaragam perlu di tingkatkan upaya ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah, guru, dan teknisisi sumber belajar.
e.       Untk melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika di kaitkan dengan wajib belajar perlu di adakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menentukan Faktor menunjang dan utamanya paktor penghambatnya.

F.      Kondisi Pendidikan Di Indonesia
Pembangunan jangka panjang meliputi lima pelita, yaitu pelita 1-V yang di mulai pada tahun 1969 / 1970 hingga tahun 1993/1994 atau 25 tahun selama masa tersebut, pendidikan di Indonesia mengalami banyak ke majuan. Hal ini di tandai oleh semakin luasnya kesempatan untuk memperolah pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, meningkatnya jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan, meningkatnya mutu pendidikan dibandingkan dengan dimasa-masa sebelumnya.
Namun demikian, berakhirnya pelita V, pendidikan nasional masih dihadapkan berbagai tantangan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, tantangan yang di hadapi menyangkut pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan khususnya pendidikan dasar, sedangkan secara kualitatif tantangan yang dihadapi berkenaan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan pembangunan, secara efektivitas dan efisiensi pendidikan.
1.      UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam rangka membangun sistem pendidikan nasional yang mantap, keberadaan UU No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan Nasional ( UUSPN ). Yang merupakan acuan penting yang patut dicatat. UUSPN yang di sahkan pada tanggal 27 maret 1989 mengatur berbagai aspek dan bdabg pendidikan, yaitu dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan hak warga Negara dalam pendidikan, satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan peserta didik, tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan, peran serta masyarakat,  badan pertimbangan pendidikan nasional ( BPPN ), pengelolaan, pengawasan, dilengkapi ketentuan pidana dan ketentuan perahliahan jadi, cangkupannya cukup komperehesif.
2.   Taman Kanak-Kanak
Sejak pelita I hingga akhir pelita V, pendidikan di TK mengalami perkembangan yang cukup mengesankan yang di tandai oleh kenaikan jumlah anak didik, guru, dan sekolah. Jumlah anak didik meningkat 5 kali lipat dari 320.000 orang pada tahun 1969 menjadi 1.604.500 pada akhir pelita V, pada kurun waktu yang sama jumlah guru meningkat  9 kali lipat dari hanya sekitar 7.200 menjadi 644.443 dan jumlah sekolah melonjak hampir 7 kali lipat dari 5600 TK menjadi 39.947 TK. Rata-rata kenaikan setiap tahun selama 25 tahun tersebut masing-masing 3,83% untuk anak didik, 7,97% untuk guru dan 6,63% untuk sekolah. Hal ini  menunjukan bahwa masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan pentingnya prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan dari keterampilan guna memasuki sekolah dasar.
3.      Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesangkan yang di capai selama pembangunan jangka panjang pertama ( PJP 1) ialah melonjaknya jumlah peserta didikpada sekolah dasar       ( SD) dan madrasah ibtidayah (MI) yang merupakan penggal pertama pendidikan dasar 9 tahun. Jumlah peserta didik dari 13 juta pada awal pelita I menjadi 29,5juta pada akhir pelita V ( 1993/1994 ), atau terdapat kenaikan sebesar 227%. Dibandingkan dengan Negara bekembang lainnya, prestasi Indonesia dalam melaksanakan pemerataan kesempatan tingkat sekolah dasar melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah termasuk sangat cepat. Untuk meningkatkan mutu sumber daya Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal 2 mei 1994 program wajib belajar pendidikan 9 tahun di tacanangkan.
4.      Pendidikan Menengah
Persoalan yang menenjol pada SLTA umu selama pelita V adalah mutu lulusan yang terutama di ukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi nilai Ebtanas murni dan skor ujian masuk perguruan tinggi menunjukan adanya keragaman yang lebar dalam mutu SLTA antara sekolah dan lokasi geografis yang berbeda-beda. Perbedaan ini mengakibatkan akses keperguruan tinggi, terutama perguruan tinggi yang memiliki reputasi yang baik, menjadi tidak merata pula. Itu lah sebabnya, pada repelita VI, upaya memperbanyak SLTA umum yang bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU plus yang di lakukan melalui pengarahan peran serta masyarakat
5.      Pendidikan Tinggi
APK perguruan tinggi di Indonesia pada akhir pelita V baru mencapai 10%, yang masih jauh beberapa negarah tetangga hal ini menunjukan bahwa upaya meningkatkan APK dengan memperluas pendidikan tinggi sangat diperlukan dengan tetap memperhatikan pembinaan mutu relevansinya. Keadaan pada akhir pelita V menunjukan bahwa rata- rata waktu yang di perlukan oleh mahasiswa S1 untuk menyelesaikan studi nya lebih lama dari waktu yang di tentukan hal ini menunjukan bahwa efisiensi internal pendidikan tinggi kita belum begitu tinggi, di samping efisiensi eksternal (relevansi) yang juga masih merupakan tantangan besar. Itu lah sebabnya peningkatan relevansi merupakan prioritas program pendidikan tinggi dewasa.
6.      Pendidikan Luar Sekolah
Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui perluasan jangkauan kerja paket A. melalui kejar paket A selama pelita V sebanyak 965.000 warga belajar yang berasal dari murid putus SD kelas IV, V dan VI telah lulus ujian persamaan sekolah dasar usaha tersebut melibatkan 529.865 tutor kerja paket A, 17.200 pusat magang, 29 buah sub-Konsorsium, 106 jenis kursus.



BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Misi pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Sebabnya karena pembangunan sendiri selalu mengikuti perkembangan  zaman masalah yang di hadapi dunia pendidikan sangat luas dan komplek. Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan makhluk misteri yang mengundang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus mengantisipasi hari depan yang juga mengundang banyak pertanyaan. Pada pemahaman terhadap hari depan itu penting Karena menjadi acuan dari ssegenap perubahan yang terjadi saat ini. oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat di jadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dalam peraktek pendidikan di lapangan. Dengan di kemukakan masalah-masalah pokok tersebut satu sama lain, factor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, permasalahan-permasalahan pendidikan yang aktual dan upaya penanggulangan dalam bab ini, diharapakan para pendidik memahami lebih baik masalah pendidikan yang di hadapi di lapangan, merumuskannya, serta mencari alternative pemecahannya.









B.      DAFTAR PUSTAKA
Ø  Tirtarahardja, umar dan S.L. La Sulo. 2005 Pengantar Pendidikan  Edisi Revisi Jakarta: PT Rineka Cipta
Ø  Wahyudin,  Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas terbuka
Ø  Depdikbud. 1989. UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Beserta Penjelasannya. Jakarta: Balai Pustaka.
Ø  Ditjen dikti, Depdikbud. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.
Ø  Henry, Levin M. 1983. Cost effectiveness A Primer. London: Sage Publications.
Ø  Sjafei, Mohammad. 1979. Dasar dasar pendidikan. Jakarta: Yayasan Proklamasi CSIS.
Ø  Pigozzi, Mary J dan Cieutat,Victor J.1988.Education and Human Resources Sector Assessment. Florida State University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CABANG-CABANG ILMU BIOLOGI

Cabang cabang biologi terlengkap .  Biologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh mahluk hidup. Kajiannya sangat luas mulai dari tingkat...