MAKALAH
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
· HUSNI FAJRI 4214094
· WINDI
MARSELENA 4214030
· NOVI LENSI 4214019
· TETI KUSMIRA 4214011
· DORA ERLINA 4214038
· TRI OKTARIA 4214110
KELAS I.C BIOLOGI
DOSEN PENGAMPU : DEWI AULIA MARGARETTA, M.Pd,
JURUSAN MIPA ( Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam )
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “Permasalahan
Pendidikan” ini. Sholawat dan salam tak lupa kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dewi Aulia Margaretta, M.pd atas bimbingan yang diberikan
dalam proses pembuatan makalah ini selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan
sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak.
Kami
berharap semoga makalah “Permasalahan pendidikan” ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa memberikan manfaat bagi kita
semua. Semoga Allah SWT mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin ya rabbal ‘alamin.
Lubuklinggau, 24 September 2014
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.................................................................................................
i
DAPTAR ISI................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A.
Permasalahan Pokok Pendidikan dan
Penanggulangannya...................................
B.
Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan…………………………………………..
C.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan........................................................
D.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya
Masalah Pendidikan.........
E.
Permasalahan Aktual Pendidikan dan
Penanggulangannya....................................
F.
Kondisi Pendidikan Di
Indonesia..........................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
A. KESIMPULAN.....................................................................................................
B. DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas menyiapakan sumber daya
manusia untuk pembanguan. Langkah pembangunan selalu di upayakan seirama dengan
tuntutan zaman. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu di hadapkan pada
masalah-masalah baru. Masalah yang di hadapi dunia pendidikan itu demikian
luas, pertama sifat sasarannya yaitu manusia sebagai mahkluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus
mengantisipasi kehari depan yang tidak segenap seginya terjangkat oleh
kemampuan gaya ramal manusia. Oleh karna itu, perlu ada rumusan sebagai masalah
pokok yang dapat di jadikan pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya.
B. RUMUSAN MASALAH
v Apa permasalahan pokok dalam pendidikan?
v Apa saja jenis permasalahan pokok dalam pendidikan?
v Apa permasalahan aktual pendidikan dan
penanggulangannya?
C.
TUJUAN
MASALAH
v Untuk mengetahui permasalahan pokok dalam pendidikan.
v Untuk mengetahui jenis permasalahan pokok dalam
pendidikan.
v Untuk mengetahui permasalahan aktual pendidikan dan
penanggulangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Kaitan yang
erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem social budaya
sebagai suprasistem tersebut dimana system pendidikan menjadi bagiannya, menciptkan kodisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern. System pendidikan itu menjadi sangat
komplek artinya suatu permasalah intern dalam pendidikan selalu ada kaitan
dengan masalah masalah di luar system pendidikan itu sendiri. Misalnyamasalah mutu hasil belajar suatu
sekolah tidak dapat di lepaskan dari suatu kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka penanggulangan
masalah pendidikan sangat komplek, menyangkut banyak komponen dan melibatkan
banyak pihak. Ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan, yaitu;
1)
Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati
kesempatan pendidikan.
2)
Bagaimana pendidikan dapat membekalali peserta didik
dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan bermasyarakat
B.
Jenis permasalahan pokok pendidikan
Empat masalahan pokok pendidikan yang telah menjadi
kesepakatan nasional yang perlu di prioritaskan penanggulangannya. Masalah yang
di maksud;
1.
Maslah pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoaalan
bagaimana system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh waga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan menjadi wahana bagi
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Permasalahan pemerataan pendidikan timbul apabila
masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak di tamping di
dalam sistem atau lembaga pendidikan Karena kurangnya pasilitas pendidikan yang
tersedia. di tanah air. kita pemeratan pendidikan, telah dinyatakan dalam
Undang-Undang No. 04 tahun1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
disekolah.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan peanting sekali
artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar
ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
C.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam
pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan
pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,langkah langkah ,yaitu:
1). Cara konvensional antara lain:
a. membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau
ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shif.
2). cara inovatif antara lain:
a. sistem pamong(pendidikan oleh masyarakat,orang
tua,dan guru).
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem guru kunjung.
d. SMP Tebuka.
e. kejar paket A dan B
F. Belajar jarak jauh,seperti Universitas Terbuka
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan
dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti Yang
diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga Penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran,dengan system sertifikasi Jadi mutu pendidikan pada akhir nya dilihat pada
kualitas keluaran nya.jika tujuanPendidikan nasional dijadikan kriteria ,maka
pertanyaan nya adalah: Apakah keluaran Dari suatu
system pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan Berkarya ,anggota masyarakat yang social.dan
bertanggung jawab ,warga Negara Yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawanan social. Dengan kata lain apakah keluaran itu mewujudkan diri
sebagai manusia manusia Pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun
lingkungannya.
Yang tetap menjadi persoalan ialah bawah cara
pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Berhubungan dengan sulit nya
pengukuran terhadap produk tersebut maka
jika orang berbicara tentang mutu pendidikan ,umumnya hanya mengasosiasikan
dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA, Ebtanas, atau hasil Simenmaru,
UMPTN dan lain lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran
Tentang hasil pendidikan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah
pemerataan mutu. di dalam Tap MPR RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bawah titik
berat pembangunan Pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan
jenis pendidikan Dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk
memacu Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perluh lebih disempurnakan dan
Ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar
system pendidikan khusus Nya system persekolahan dengan segala jenis dan
jenjang di seluruh pelosok tanahAir (kota dan desa) mengalami peningkatan mutu
pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya
masing-masing.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Pada dasarnya pemecaha masalah mutu
pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya
komponen masukan mentah untuk jenjang. pendidikan menengah,dan tinggi,dan
komponen masukan instrumental)serta mobilitas komponen-komponen tersebut.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi Hal hal yang bersifat fisik dan perangkat
lunak,personalia,dan manajemen sbb:
a.
Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan
mentah,khususnya untuk SLTA Dan PT
b.
Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui
studi lanjut,misalnya berupa pelatihan ,penataran, seminar,kegiatan kelompok
studi seperti PKG
c. penyempurnaan
kurikulum ,misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan mengandung
muatan local ,metode yang menantang dan mengairahkan belajar ,dan melaksanakan
evaluasi yang beracun PAP
d. pengembangan prasarana yang menciptakan
lingkungan yang tentram untuk belajar
e. penyempurnaan sarana belajar seperti buku
paket,media pembelajaran dan peralatan laboratorium
f. peningkatan administrasi manajemen
khususnya yang mengenai anggaran
g. kegiatan pengendalian mutu yang berupa
kegiatan kegiatan:
1) laporan penyenggaraan pendidikan oleh semua lembaga
pendidikan
2) supersi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan
pengawas
3) system ujian nasional/ Negara seperti
Ebtanas,Sipenmaru/UMPTN
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk
menetapkan status suatu lembaga
3.
Masalah Efisiensi pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana
suatu system pendidikan Mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pendidikan Jika penggunaan nya hemat dan tepat sasaran dikatakan
efisiensi tinggi. jika terjadi yang sebalik nya ,efisiensinya berarti rendah, Berapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a.
Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan
b.
Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c.
Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d.
Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
Masalah pengembangan tenaga pendidikan dilapangan
biasanya terlambat, khususnya pada saat menyosong hadirnya kurikulum baru. setiap
pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di
lapangan.
Masalah efisiensi dalam penggunaan sarana dan
prasarana
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak
efisien bias terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan
dan sering jug karena perubahan kurikulum.
Banyak sedung SD inpres (yang mulai dilancarka pembangunannya pada akhir Pelita II) karena
beeberapa sebab dibangun pada lokasi yang tidak tepat. Akibatnya banyak SD yang
kekurangan murid atau ruang belajar kosong. Jika kondisi seperti ini terdapat
pada banyak kabupaten dan provinsi, maka akan terjadinya pemborosan yang tidak
terelakkan. Sebab bangunan tidak bias dipindahkan, lagi pula daya tahan
terbatas.
4.
Masalah Relevansi pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencangkup sejauh mana
system pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai kebutuhan pembangunan.
Sebenarnya criteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika
dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang
kerjaan yang ada antara lain sebangai berikut;
·
Setatus lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam
kualitasnya.
·
Sistem petidak
pernah menghasilkan luaran siap pakaiyang ada ialah siap kembang.
·
Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persaratannya yang
dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun
programnya tidak tersedia.
3)
Saling
Berkaitan Antara Malasah-Masalah Pendidikan
Pada dasarnya pembangunan di bidang pendidikan tentu
menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu
sekaligus. Ada dua factor yang dapat di kemukakan sebagai penyebab mengapa
pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada saat demikian. Pertama,
gerakan perluasan pendidikan untuk menlayani pemerataan kesempatan pendidikan
bagi raakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.
Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan
tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang
tidak memadai, dan seterus.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat di
abaikan karena upaya tersebut, terutama
pada saat saat suatu bangsa sedang mulai membangun mempunyai tujuan ganda,
yaitu di samping tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi rakyat banyak)
juga tujuan pembanguan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar
dapat menerima imformasi dan memliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri
sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
D. factor-Faktor
Yang mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Uraian selanjutnya akan mengemukakan maalah masalah
makro yang merupakan factor – factor
yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan yaitu;
·
Perkembangan iptek dan seni
·
Laju pertumbuhan penduduk
·
Aspirasi masyarakat
·
Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
1.
perkembangan
iptek dan seni
a.
Perkembangan iptek
Terdapat hubung yang erat antara pendidikan dengan
iptek. Ilmu pengethuan merupakan hasil ekplorasi secara system dan
terorganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adalah penerapan yang
direncanakan dari ilmu pengtahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan dengan iptek itu,
misalnya sering suatu teknolgi baru yang digunakan dalam suatu proses produksi
menimbulkan kondisi eknomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerja,
dan mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan
– bahan baru, kondisi pelayanan baru sampai kepada berkembangnya gaya hidup
baru, kondisi tersebut minimal dapat
mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya bahkan mungkin rumusan baru
tunjangn pendidikan, otomatis juga
sarana penunjangan seperti sarana laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu membawa
masalah dalam sekalah nasional yang tidak sedikit memakan biaya.
b.
Perkembangan seni
Seni merupakan aktivitas berkreasi manusia secara
indivual atau kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian
menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian dapat menyalurkan dorongan
berkreasi yang bersifat orisinil dan dorongan spontanitas dalam menumukan
keindahan. Seni membutuhakan pengembangan.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yang terbentuknya
manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai peranan yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan apektif
khususnya emosi yang positif dan konstruktif
serta keterampilan disamping dominan kofnetif yang sudah digarap
memlalui program atau bidang studi yang lain.
Dilihat dari
segi lapangan kerja dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah
mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan
masyarakat.
2.
Laju pertumbuhan penduduk
a.
Pertambahan penduduk
Dari sekarang hingga abad XXI terus menerus bahan
penduduk akan tejadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil.
Sebabnya karena tingkat kematian menurun lebih cepat yaitu 4,5% dari turunnya
tingkat kelahiran, yaitu sebesar 3,5%
hal tersebut juga mengakibatkan berubahan susunan umur penduduk dengan
bertambahnya jumlah pendudukan maka penyedian prasarana dan saran pendidikan
beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus bertambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional
menjadi bertambah
b.
Penyeebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di keseluruh pelosok tanah air
tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan
daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah pendalaman, khususnya di daerah
yang terpencil yang berlokasi di pegunungan dan di pulau-pulau. Sebaran
penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyedian sarana
pendidikan.
3.
Aspirasi Masyarakat
Aspirasi masyarakat dalam banyakhal meningkat
khususnya aspirasi terhadap pendidikan
hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekrjaan , kesemuaan ini
mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat
bahwa untuk hidup yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang
menopang, dan pendidikan memberikan jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang
layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan
taraf hidup dan mendakian di tangga social. Sebagai akibat dari meningkatnya
aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya bersekolah agar
nantinya anak-anaknya memperoleh perkerjaan yang lebih baik darimpada orang tua
nya sendiri.
4.
Keterbelakangan Budaya Dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang di
berikan oleh sekelompok masyarakat kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya bagi masyarakat
pendukung budaya, kebudayanya pasti dipandang sebagai sesuatu bernilai yang
baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau
ketinggalan zaman. Semestinya masyarakat luar itu bukan harus menilainya
melainkan hanya melihat bagaimana kesesuian kebuadayaan tersebut dengan
tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu di
katakan terbelakang.
Keterbelakangan budaya terjadi karena letak geografis
tempat tinggal suatu masyarakat terpencil, penolakan masyarakat terhadapat datangnya
unsur budaya baru karena tidak di pahami atau karena di khawatirkan akan
merusak seni masyarakat, ketidak mampuan
masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure kebudayaan tersebut.
E. Permasalahan Aktual Pendidikan dan
Penanggulangan nya
1. permasalahan
actual pendidikan di Indonesia
Permasalahan actual berupa kesenjangan –kesenjangan
yang ada pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk
ditanggulangi.beberapa masalah actual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi
keutuhan pencapaian sasaran,kurikulum ,peranan guru ,pendidikan dasar 9 tahun
,dan pendayagunaan teknologi pendidikan.masalah actual tersebut ada yang
mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaan nya.misalnya muncul kurikulum
baru adalah masalah konsep.apakah kurikulum tersebut cukup andal secara
yuridis(berdasarkan perkembangan undang –undang pendidikan) dan secara
psikologis(berdasarkan hukum perkembangan peserta didik) atau tidak.
a.
Masalah
keutuhan pencapaian sasaran
Di dalam undang-undang NO 2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional Bab II pasal 4 telah di nyatakan bawah tujuan pendidikan
nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuh nya.kemudian dipertegas
lagi secara rinci di dalam GBHN butir 2a dan b,tentang arah dan tujuan
pendidikan bawah yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang
sehat jasmani dan rohani,manusia yang memiliki hubungan secara vertical(dengan
tuhan yang maha esa) ,horizontal(dengan lingkungan dan masyarakat) dan
konsentris(dengan diri sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi.jadi
konsep nya cukup baik.
b.
Masalah kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah
pelaksanaan nya.yang menjadi sumber masalah yakni bagaimana system pendidikan
dapat membekali peserta didik untuk terjun kelapangan kerja(bagi yang tidak
melanjut sekolah) dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk keperguruan
tinggi(bagi mereka yang ingin lanjut) .sistem pendidikan dilaksanakan dengan
menggunakan kurikulum 1984(SK No. 0209/U/1984) yang didesain sebagai
penyempurnaan kurikulum 1975/76.
Kosep kurikulum 1984 juga memiliki kelebihan karena
ada nya keluesan –keluesan antara lain;
- Disediakan
nya aneka program belajar,untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk
memasuki lapangan kerja.
- Ada nya
program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional,memuat pengetahuan
minimal dan program khusus A dan B dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan
minat siswa.
- Adaya
program pusat dan program daerah(muatan local)Sekalipun demikian tetap disadari
bawah pelaksanaan kurikulum ini tidak mudah dan cukup rumit.disinilah letak
masalah nya. Kerumitan-kerumitan itu antara lain , meliputi;
§ Pemilihan materi muatan local yang tepat
§ Penyusunan program (disajikan secara monolitik atau
interagatif) ,juga menentukan pihak –pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dari
dalam dan luar lingkungan sekolah.
§ Koordinasi pelaksanaan
§ Penyediaan sarana ,fasilitas, dan biaya.
Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana
dan Pembina pendidikan di lapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan
ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad bersama.hambatan yang besar dari
pemecahan terhadap konsep tersebut adalah bagaimana memasyarakatkannya
dikalangan para pelaksana pendidikan dilapangan.
c.
Masalah peranan guru
Kosep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanism yang
memberikan arah baru pad pendidikan ,sejalan dengan itu perkembangan iptek yang
pesat menyumbangkan cara-cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah
pendidikan .dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang disempurnakan .sejalan
dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system pendidikan juga harus
berubah.
Guru mendudukan dirinya hanya sebagai bagian dari
sumber belajar.beraneka ragam sumber belajar yang hanya justru dapat ditemukan
diluar dari guru seperti perpustakaan, taman bacaan, museum,tokoh buku,berbagai
media massa ,lembaga-lembaga social,orang-orang pintar,kebun binatang,alam dan
lingkungan sekitar,dan lain-lain .sebagai mana Comenius pernah mengingatkan
bawah ala mini adalah buku besar yang sangat lengkap isinya.
Dalam hubungan dengan multiperan guru seperti
dikemukakan diatas maka masalah yang timbul ialah bagaimana guru dapat
melakukan multiperan seperti itu jika pada kebanyakkan sekolah mereka adalah
pejuang tunggal.kalaupun seandai nya ia sudah didampingi oleh petugas yang lain
seperti konselor dan lain-lain ,sudahkah ia memiliki wawasan dan kemampuan yang
cukup untuk melaksanakan multiperannya itu.kenyataan menunjukkan bawah
kebanyakan guru belum siap untuk berbuat demikian.
d.
Masalah pendidikan dasar 9 tahun
Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan
yang kuat.UU RI Nomor 2 tahun 1989 pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara
untuk mengikuti pendidikan sekurang –kurang nyatamat pendidikan dasar ,dan l
pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar.kemudian PP No 28 tahun 1990
tentang pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bawah pendidikan dasar merupakan pendidikan
9 tahun.,terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3
tahun di SLTP ,pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan nya sebagai
pribadi,anggota masyarakat, warga Negara,dan anggota umat manusia,serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN
1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 yang antara lain mengatakan
perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan, terutama peningkatan
kualitas pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada
pendidikan dasar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami langkah maju di bandingkan
dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun yaitu
sampai tingkat SD.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9tahun lebih lebih
pada tahap awal sudah pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah;
-
Rialisasi pendidikan dasar yang di atur dengan PP No
28 tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP No 65 tahun 1951
yang mengatur sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP
tersebut belum di cabut.
-
Kurikulum yang belum siap. Jika dalam tahun 1994 ini
kurikulum sudah dapat didistribusikan kesekolah –sekolah, tentunya sarana
penunjang yang lainnya seperti bubku-buku dan
fasilitas lainnya masih harus di tunggu lagi.
-
Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di
lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain
lain.
2.
Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya perlu dilakukan untuk menanggulangi
maalah masalah actual, antara lain sbb;
a.
Pendidkan afektif perlu di tingkatkan secara
terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara incidental. Pendekatan
keterampilan proses yang sudah di sebar luaskan konsepnya perlu di tindak
lanjutidengan menyebarkan buku panduannya kepada sekolah- sekolah. Dalam
hubungan ini peaksanaan pendidikan kesenian perlu di beri perhatian khusus
sehingga tidak menjadi pelajaran yang di kesampingkan.
b.
Pelaksanaan ekstrakulikuler di kerja kan dengan penuh
kesungguhan dan hasilnya pelu di perhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau
pun pelulusan. Untuk itu perlu di kaitkan dengan pemberan inisiatip bagi.
c.
Pemilihan siswa atas kelompok yang akan di lanjutkan
belajar ke peguruan tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal
yang perinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu
belajar di perguruan tinggi
d.
Pendidikan tenaga kependidikan pelu di beri perhatian
khusus oleh karena itu tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab
utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan. PKG
(pusat kegiatan guru), MGBS (musyawarah guru bidang studi) dan MGMB (
musyawarah guru mata pelajaran) perlu d tumbuh kembang terus sebagai model
pengembangan kemampuan guru. Pendaya gunaan sumber belajar beranekaragam perlu
di tingkatkan upaya ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah, guru, dan
teknisisi sumber belajar.
e.
Untk melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi
jika di kaitkan dengan wajib belajar perlu di adakan penelitian secara meluas
pada masyarakat untuk menentukan Faktor menunjang dan utamanya paktor
penghambatnya.
F.
Kondisi Pendidikan Di Indonesia
Pembangunan jangka panjang meliputi lima pelita, yaitu
pelita 1-V yang di mulai pada tahun 1969 / 1970 hingga tahun 1993/1994 atau 25
tahun selama masa tersebut, pendidikan di Indonesia mengalami banyak ke majuan.
Hal ini di tandai oleh semakin luasnya kesempatan untuk memperolah pendidikan
pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, meningkatnya jumlah sarana dan
prasarana pendidikan yang tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan,
meningkatnya mutu pendidikan dibandingkan dengan dimasa-masa sebelumnya.
Namun demikian, berakhirnya pelita V, pendidikan nasional
masih dihadapkan berbagai tantangan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Secara
kuantitatif, tantangan yang di hadapi menyangkut pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan khususnya pendidikan dasar, sedangkan secara kualitatif
tantangan yang dihadapi berkenaan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan relevansi pendidikan pembangunan, secara efektivitas dan efisiensi
pendidikan.
1.
UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam rangka membangun sistem pendidikan nasional yang
mantap, keberadaan UU No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan Nasional ( UUSPN ).
Yang merupakan acuan penting yang patut dicatat. UUSPN yang di sahkan pada
tanggal 27 maret 1989 mengatur berbagai aspek dan bdabg pendidikan, yaitu
dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan hak warga Negara dalam pendidikan, satuan,
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan peserta didik, tenaga pendidikan, sumber
daya pendidikan, peran serta masyarakat,
badan pertimbangan pendidikan nasional ( BPPN ), pengelolaan,
pengawasan, dilengkapi ketentuan pidana dan ketentuan perahliahan jadi,
cangkupannya cukup komperehesif.
2.
Taman Kanak-Kanak
Sejak pelita I hingga akhir pelita V, pendidikan di TK
mengalami perkembangan yang cukup mengesankan yang di tandai oleh kenaikan
jumlah anak didik, guru, dan sekolah. Jumlah anak didik meningkat 5 kali lipat
dari 320.000 orang pada tahun 1969 menjadi 1.604.500 pada akhir pelita V, pada
kurun waktu yang sama jumlah guru meningkat
9 kali lipat dari hanya sekitar 7.200 menjadi 644.443 dan jumlah sekolah
melonjak hampir 7 kali lipat dari 5600 TK menjadi 39.947 TK. Rata-rata kenaikan
setiap tahun selama 25 tahun tersebut masing-masing 3,83% untuk anak didik,
7,97% untuk guru dan 6,63% untuk sekolah. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat khususnya orang
tua semakin menyadari akan pentingnya prasekolah sebagai wahana untuk
menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan dari keterampilan guna memasuki
sekolah dasar.
3.
Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesangkan yang di capai selama
pembangunan jangka panjang pertama ( PJP 1) ialah melonjaknya jumlah peserta
didikpada sekolah dasar ( SD) dan
madrasah ibtidayah (MI) yang merupakan penggal pertama pendidikan dasar 9
tahun. Jumlah peserta didik dari 13 juta pada awal pelita I menjadi 29,5juta
pada akhir pelita V ( 1993/1994 ), atau terdapat kenaikan sebesar 227%.
Dibandingkan dengan Negara bekembang lainnya, prestasi Indonesia dalam
melaksanakan pemerataan kesempatan tingkat sekolah dasar melalui jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah termasuk sangat cepat. Untuk meningkatkan
mutu sumber daya Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal
2 mei 1994 program wajib belajar pendidikan 9 tahun di tacanangkan.
4.
Pendidikan Menengah
Persoalan yang menenjol pada SLTA umu selama pelita V
adalah mutu lulusan yang terutama di ukur dari kesiapannya untuk memasuki
jenjang perguruan tinggi nilai Ebtanas murni dan skor ujian masuk perguruan
tinggi menunjukan adanya keragaman yang lebar dalam mutu SLTA antara sekolah
dan lokasi geografis yang berbeda-beda. Perbedaan ini mengakibatkan akses
keperguruan tinggi, terutama perguruan tinggi yang memiliki reputasi yang baik,
menjadi tidak merata pula. Itu lah sebabnya, pada repelita VI, upaya
memperbanyak SLTA umum yang bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU plus yang di lakukan melalui pengarahan
peran serta masyarakat
5.
Pendidikan Tinggi
APK perguruan tinggi di Indonesia pada akhir pelita V
baru mencapai 10%, yang masih jauh beberapa negarah tetangga hal ini menunjukan
bahwa upaya meningkatkan APK dengan memperluas pendidikan tinggi sangat
diperlukan dengan tetap memperhatikan pembinaan mutu relevansinya. Keadaan pada
akhir pelita V menunjukan bahwa rata- rata waktu yang di perlukan oleh
mahasiswa S1 untuk menyelesaikan studi nya lebih lama dari waktu yang di
tentukan hal ini menunjukan bahwa efisiensi internal pendidikan tinggi kita
belum begitu tinggi, di samping efisiensi eksternal (relevansi) yang juga masih
merupakan tantangan besar. Itu lah sebabnya peningkatan relevansi merupakan
prioritas program pendidikan tinggi dewasa.
6. Pendidikan Luar Sekolah
Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan
pada pemberantasan buta aksara melalui perluasan jangkauan kerja paket A.
melalui kejar paket A selama pelita V sebanyak 965.000 warga belajar yang
berasal dari murid putus SD kelas IV, V dan VI telah lulus ujian persamaan
sekolah dasar usaha tersebut melibatkan 529.865 tutor kerja paket A, 17.200
pusat magang, 29 buah sub-Konsorsium, 106 jenis kursus.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Misi
pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, karena itu
pendidikan selalu menghadapi masalah. Sebabnya karena pembangunan sendiri
selalu mengikuti perkembangan zaman
masalah yang di hadapi dunia pendidikan sangat luas dan komplek. Pertama,
karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan makhluk misteri yang
mengundang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus mengantisipasi hari
depan yang juga mengundang banyak pertanyaan. Pada pemahaman terhadap hari
depan itu penting Karena menjadi acuan dari ssegenap perubahan yang terjadi
saat ini. oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok
yang dapat di jadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul
dalam peraktek pendidikan di lapangan. Dengan di kemukakan masalah-masalah
pokok tersebut satu sama lain, factor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya,
permasalahan-permasalahan pendidikan yang aktual dan upaya penanggulangan dalam
bab ini, diharapakan para pendidik memahami lebih baik masalah pendidikan yang
di hadapi di lapangan, merumuskannya, serta mencari alternative pemecahannya.
B.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Tirtarahardja, umar
dan S.L. La Sulo. 2005 Pengantar
Pendidikan Edisi Revisi Jakarta: PT
Rineka Cipta
Ø Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas terbuka
Ø Depdikbud. 1989. UU
RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Beserta Penjelasannya. Jakarta: Balai Pustaka.
Ø Ditjen dikti,
Depdikbud. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.
Ø Henry, Levin M. 1983.
Cost effectiveness A Primer. London: Sage Publications.
Ø Sjafei, Mohammad.
1979. Dasar dasar pendidikan. Jakarta: Yayasan Proklamasi CSIS.
Ø Pigozzi, Mary J dan
Cieutat,Victor J.1988.Education and Human Resources Sector Assessment. Florida
State University.