KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah Ekologi Hewan ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan
Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang
telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman,
acuan, dan sumber belajar.
Akhir kata, Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik
dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah berikutnya.
Penulis
Lubuklinggau,
4 oktober 2016
DAFATAR ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Batasan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lingkungan
Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
B. Hewan Sebagai Organisme
Heterotrof
C. Hewan Ektotermi atau
Poikilotermi
D. Hewan Endotermi atau
Homeotermi
E. Hewan dan Lingkungan Biotik
F. Hewan dan Lingkungan
Abiotik
G. Kisaran Toleransi dan Faktor
Pembatas serta Terapannya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotik dan abiotik yang ada di
sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Dalam konsep rantai makanan, hewan
ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hewan
disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof.
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam
suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada
dalam satu komunitas. Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk
suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotik, yaitu
hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat
terjadi antar individu, antar populasi dan antar komunitas.
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor
abiotik yang seluas-luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan
memiliki kisaran toleransi tertentu terhadapsemua semua faktor lingkungan.
B. Batasan
Masalah
A. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
B. Hewan
Sebagai Organisme Heterotrof
C. Hewan Ektotermi atau poikilotermi
D. Hewan Endotermi atau homeotermi
E. Hewan dan Lingkungan Biotik
F. Hewan dan Lingkungan Abiotik
G. Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta Terapannya
BAB II
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
A. Pengertian Lingkungan Bagi
Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotik dan abiotik yang ada di
sekitarnya dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak
dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar
dari faktor-faktor yang membahayakan. Begon (1996), membedakan faktor
lingkungan bagi hewan ada 2 kategori, yaitu; Kondisi dan Sumberdaya.
Kondisi adalah faktor-faktor
lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan
tempat dan waktu. Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa
perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan
antara lain berupa.; temperature,kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina,
tekanan, zat-zat organic dan anorganik.
Sumberdaya adalah segala sesuatu
yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapat dibedakan atas materi, energi dan
ruang. Sumberdaya digunakan untuk menunjukkan suatu faktor abiotik maupun biotikyang diperlukan oleh hewan,
karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah
dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan bervariasi menurut ruang (tempat)
dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selalu dapat
beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian
diritersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat
bertahan hidup, sementara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau beremigrasi
bahkan akan punah. Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara garis
besarnya terdiri atas 3, yaitu;
a) Perubahan
Siklik, perubahan yang terjadinya berulang-ulang secaraberirama, seperti malam
dan siang, laut pasang dan surut, kemarau danpenghujan, dll. Perubahan siklik
dapat berskala harian, bulanan, musiman,tahunan
b) Perubahan Terarah , suatu
perubahan yang terjadi berangsur-angsur,terus menerus dan progresif dan menuju
ke suatu arah tertentu. Prosesnya bisalama. Contohnya mendangkalnya danau Limboto
di Gorontalo
c) Perubahan Eratik,,suatu
perubahan yang tidak berpola dan tidakmenunjukkan arah perubahannya. Contohnya;
pengendapan Lumpur Lapindo diJawa Timur (Ponorogo), kebakaran hutan, letusan
gunung berapi dan lain-lain.
B. Hewan Sebagai Organisme
Heterotrof
Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan
tumbuhan sebagai produsen. Hal ini karena hewan tidak dapat mensintesis
makanannya sendiri dari bahan anorganik di lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhannyaakan
bahan – bahan organik berenergi tinggi guna menyediakan energi untuk aktivitas
hidup dan menyediakan bahan – bahan untuk membangun tubuhnya, hewan mengambil
bahan organik dari makhluk hidup lain, baik tumbuhan atau hewan lain. Karena
itulah hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof, sebagai lawan dari
tumbuhan yang bersifat autotrof atau dapat mensintesis makanannya sendiri yang
berupa bahan organik dengan cara melakukan fotosintesis.
Dalam dunia hewan dapat dibedakan 3 macam nutrisi heterotrof yaitu :
1. Tipe nutrisi
holozoik. Dalam tipe makanan ini baik yang berupa tumbuhan atau jenis hewan
lain, pertama – tama harus dicari dan didapatkan dahulu, baru kemudian dimakan
sertaselanjutnya dicerna sebelum dapat diabsorpsi dan dimanfaatkan oleh sel –
sel tubuh hewan itu. Untuk mencari dan mendapatkan makanan diperlukan peranan
berbagai struktur indera, saraf serta mekanisme otot. Selanjutnya, untuk
mengubah substansi makanan itu kedalam bentuk yang dapat diabsorpsi, diperlukan
juga mekanisme dari sistem pencernaan.
2. Tipe nutrisi
saprozoik. Dijumpai pada berbagai hewan protozoa, yang memperoleh nutrien –
nutrien organik yang diperlukan dari organisme – organisme yang telah mati,
membusuk, dan telah terurai. Nutrien – nutrien tersebut diabsorpsi melalui
membran sel dalam bentuk molekul – molekul terlarut.
3. Tipe nutrisi
parasitik. Dijumpai pada hewan – hewan parasit. Hewan – hewan ini mencerna
partikel – partikel padat dari tubuh organisme inangnya atau secara langsung
mengabsorpsi molekul – molekul organik dari cairan atau jaringan tubuh
inangnya. Sebagai contoh dari fenomena ini adalah berbagai jenis cacing parasit
pada tubuh hewan atau manusia, misalnya cacing hati di dalam hati, cacing pita
dan cacing perut di dalam usus.
Dengan dasar yang lain, yakni ukuran hewan yang menentukan cara makannya,
hewan heterotrof dikelompokkan menjadi makrokonsumen dan mikrokonsumen.
1. Makrokonsumen
disebut juga sebagai fagotrof, yakni kelompok hewan yang mengambil bahan
organik dari makhluk hidup lain dengan cara memakan, misalnya kuda, kambing,
harimau, ikan dan sebagainya.
2. Mikrokonsumen
adalah kelompok hewan yang mengambil makanannya dengan cara menguraikan
jaringan dan mengabsorpsi bahan organiknya. Termasuk kelompok ini adalah
saprofot atau pengurai atau osmotrof, termasuk juga parasit. Sebagai contoh
adalah cacing parasit dan serangga pengurai di tanah.
C. Hewan Ektotermi atau
poikilotermi
Hewan ektotermi adalah hewan yang
untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan.
Dalam kaitannya dengan hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah – ubah
sesuai dengan perubahan suhu lingkungan disebut hewan poikilotermi, yang dalam
istilah lain disebut hewan berdarah dingin. Dikatakan berdarah dingin karena
rata – rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh hewan homeotermi. Hampir
semua hewan tergolong kelompok poikilotermi, yaitu mulai dari golongan protozoa
sampai reptil, aves dan mamalia merupakan hewan – hewan homeotermi. Ini berarti
bahwa hewan – hewan tersebut panas
tubuhnya sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan
mengatur suhu tubuh pada hewan – hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu
tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras
(konfermer).
Ada kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang
toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif
bekerja, sehingga metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih ditolelir, yang
lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala
aktivitasnya pun rendah. Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat
lamban, sehingga akan mudah bagi predator untuk menangkapnya.
Sebenarnya hewan – hewan ektotermi berkemampuan juga untuk mengatur suhu
tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak fisiologis sifatnya
melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, hewan
ektoterm akan berlindung di tempat – tempat teduh, bila suhu lingkungan turun
hewan tersebut akan berjemur di panas matahari atau berdiam diri ditempat –
tempat yang memberikan kehangatan baginya.
D. Hewan Endotermi atau
homeotermi
Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas
dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya
golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan
ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan –
hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada
kisaran suhu optimumnya.
Hewan – hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah – ubah
, suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan – hewan ini mempunyai kemampuan
yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju
metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi). Kemampuan
untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme metabolisme ini
dikarenakan hewan – hewan homeotermi memiliki organ sebagai pusat pengaturnya,
yakni otak khususnyahipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu
tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan – hewan homeotermi biasanya terdapat di
antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga
selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator.
E. Hewan dan Lingkungan
Biotik
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam
suatuhabitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam
satu komunitas.Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu
ekosistem. Dalamekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu
hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat
terjadi antar individu, antar populasi danantar komunitas. Interaksi tersebut
merupakan fungsi ekologis dari suatu ekosistem.Interaksi antara individu dapat
terjadi antar individu dalam suatu populasi atau berbeda populasi.
Misalnya interaksi ayam jantan dengan pejantan lainnya untuk memperebutkan
territorial, antarseekor kucing dengan tikus. Interaksi populasi terjadi
antar kelompok hewan dari suatu jenis organisme dengan kelompok lain yang
berbeda jenis organisme. Misalnya sekelompok harimau berburu sekelompok rusa di
padangrumput.Interaksi antar komunitas terjadi antar kelompok-kelompo singa,
kerbau, bison dan bantengdi satu pihak
dengan rumput dan semak-semak di pihak lain ketika hewan itu merumputdi
padang rumput. Hubungan antar hewan dengan lingkungan biotiknya terjadi
antar organisme yang hidup terpisah dengan organisme yang hidup bersama.Faktor-faktor
biotic yang mempengaruhi kehidupan hewan adalah sebagai berikut:
a. Komunitas
Komunitas (biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan bagian
dari jenisekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu suatu
satuan lingkungan hidupyang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup
(tumbuhan, hewan danmikroorganisme) dan antar sesamanya dan lingkungan di
sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang
salingmempengaruhi.
b. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang di dalamnya
terdapat hubunganyangfungsional antar
sesame makhluk hidup dan antar makhluk hidup dengan komponenlingkungan
abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem adalah proses-proses
yangmelibatkan seluruh komponen biotic dan abiotik untukm mengelola sumberdaya
yang masuk dalam ekosistem. Sumberdaya tersebut adalah sesuatu yang
digunakan oleh o0rganismeuntuk
kehidupannya, yaitu energi, cahaya dan unsure-unsur nutrisi.Interaksi
antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan populasi
setiaporganisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta perkembangan struktur
komunitas biotik.
c. Produsen
Produsen terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat
menyusun bahanorganic dari bahan organic sebagai bahan makanannya. Penyusunan
bahan organic itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi yang diperlukan
untuk aktivitasmetabolisme dan aktivitas hidup lainnya. Organisme autotrof
adalah; sebagian besar adalah organisme berklorofil, yang sebagian besar
terdiri dari tumbuhan hijau dan sebagian kecil berupa bakteri.
d. Konsumen
Konsumen adalh komponen biotic yang terdiri dari organisme
heterotrof, yaitu organismeyang tidak dapat memanfaatkan energi secara langsung
untuk memenhuhi kebutuhanenerginya. Organisme heterotrof sebagai organisme yang
tidak dapat menyusun bahanorganic dari bahan anorganik. Energi kimia dan bahan
organic yang diperlukan dipenuhidengan cara mengkonsumsi energi kimia dan bahan
organic yang diproduksi oleh tumbuhanhijau (produsen).Organisme yang tergolong
konsumen adalah.
e. Herbivore
yaitu memakan tumbuhan.Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupu-kupu,
belalang dan siput.
f. Karnivor
Adalah hewan pemakan hewan
lain baik herbivore maupn sesame karnivor. Karnivor pada umumnyaadalah hewan
buas (harimau, singa, ular), dan hewan pemakan bangkai (komodo, burunghantu,
dll). Predator juga termasuk sebagai karnivor.
g. Omnivor
adalah hewan pemakansegalanya baik tumbuhan maupun hewan yang sudah mati,
misalnya kucing, ayam, musang ,tikus dan lain-lain.
h. Detritivor,
adalah organisme yang berperan sebagai pengurai(mikroorganisme) seperti
bakteri.
i. Predator
Predator adalah hewan yang makan hewan lain dengan cara berburu dan
membunuh. Hewanyang dimangsanya adalah hewan yang masih hidup. Contohnya adalah
kucing makan tikus,capung makan serangga.
j. Parasit
Parasit adalah hewan
yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat mempengaruhiinangnya karena semua
zat makanan dari inang diserapnya untuk memenuhi kebutuhannya.Parasit berupa
hewan kecil dan organisme kecil yanmg termasuk jamur dan bakteri pathogen.
k. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang pada fase dewasanya hidup bebas,
tetapi pada fase larva berkembang di dalam tubuh (telur, larva dan pupa)
serangga lain yang merupakan inangnya.Serangga parasitoid pada umumnya termasuk
pada ordo Hymenoptera dan Diptera. Hewandewasa parasitoid meletakkan telurnya
di dekat atau pada tubuh serangga lain (telur, larvadan pupa). Ketika telur
parasitoid yang diletakkan pada tubuh inangnya menetas, selam faselarva itu
belum dewasa akan hidup terus dalam tubuh inang. Larva tersebut akan
makansebagian atau seluruh tubuh dari inang sehingga menyebakan kematian bagi
inangnya.
l. Pengurai
Pengurai adalah organisme yang berperan sebagai pengurai. Cara
mengkonsumsimakanan tidak dapat menelan dan mencerna makanan di dalam sel tubuhnya,
melainkanharus mengeluarkan enzim pencerna keluar sel untuk dapat menguraikan
makanannya yang berupa organic mati menjadi zat-zat yang molekulnya kecil
sehingga dapat diserap oleh sel.
m. Mikrobivor
Mikrobivor adalah hewan-hewan kecil yang makan mikroflora (bakteri
dan fungi). Hewan ini berupa protozoa dan nematoda.
n. Detritivor
Detritivor adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan
organic mati yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang
tergolong detritus antara lain; rayap,anjing tanah dan cacing tanah.
Intraspesifik dan interspesifik
Hubungan timbal balik antara dua individu dalam suatu jenis organisme
(intraspsifik) danhubungan antara dua
individu yang berbeda jenis (interspesifik). Hubungan-hubungan inimeliputi:
1)
Kompetisi
Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan
satu macamsumberdaya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu
pihak. Sumberdaya berupa; makanan, energi dan tempat tinggal. Persaingan
ini terjadi pada saat populasimeledak
sehingga hewan akan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisidemikian
biasanya hewan yang kuat akan mengusir yang lemah dan akan menguasai tempatitu
sedangkan yang lemah akan beremigrasi atau mati bahkan punah.
2)
Simbiosis
Hubungan interspesifik ada yang berifat simbiosis ada yang non
simbiosis. Hubungansimbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua jenis
organisme yang keduanyaselalu bersama-sama. Contoh dari simbiosis adalah
Flagellata yang hidup dalam usus rayap.Flagellata itu mencerna selulosa kayu
yang dimakan rayap. Dengan demikian rayap dapatmenyerap karbohidrat yang
berasal dari selulosa itu. Hubungan nonsimbiosis adalahhubungan antara dua
individu yang hidup secara terpisah, dan hubungan terjadi jika
keduanya bertematau berdekatan. Contohnya adalah kupu-kupu dengan tanaman
bunga. Bunga akanterbantu dalam penyerbukan yang disebabkan terbawanya serbuk
sari bunga oleh kaki kupu- kupu dengan
tidak sengaja ke bunga yang lain pada saat kupu-kupu mengisap nectar dari bunga
tersebut. Simbiosis sebagai hidup bersama antara dua individu dari dua jenisorganisme, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan.
3)
Pemisahan Kegiatan Hidup
Peristiwa ini adalah hubungan kompetitif antara satu hewan dengan
hewan yang laindapat berkembang menjadi kegiatan pemisahan hidup (partition).
Dalam hubungan inihewan-hewan yang hidup di suatu habitat mengadakan
spesialisasi dalam hal jenis makananatau dalam metode dan tempat memperoleh
makanannya. Misalnya burung Flaminggomempunyai kaki dan leher yang panjang yang
berfungsi dalam hal pengambilan makanannya berupa organisme kecil dan di
tempat berlumpur sehingga burung tersebut mudah meraihnya.
4)
Kanibalisme
Kanibalisme adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh
bahkanmemakannya terhadap individu lain yang masih sejenis. Contoh belalang
sembah betinamembunuh belalang jantan setelah melakukan perkawinan, ayam dalam
satu kandang yang berdesak-desakan sehingga ruangan dan makananya terbatas
menyebabkan persaingan yanghebat.
5)
Amensalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu menghambat atau
merugikan yang lain,tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme
yang dihambat atau dirugikan.
6)
Komansalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu memberi kondisi yang
menguntungkan bagiyang lain sedangkan dirinya tidak terpengaruh oleh kehadiran
organisme yang lain itu.
7)
Mutualisme
Hubungan antara dua jenis organisme atau individu yang saling
menguntungkan tanpa adayang dirugikan.
F. Hewan dan Lingkungan Abiotik
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, yaitu dapat bergerak dan
berpndahtempat. Gerakannya disebabkan oleh rangsangan tertentu yang berasal
dari lingkungannya.Faktor-faktor yang merangsang hewan untuk bergerak adalah
makanan, air, cahaya, suhu,kelembaban,dan lain-lain.Faktor lingkungan yang
berpengaruh pada kehidupan hewan dibedakan atas kondisidan sumberdaya.
Sumberdaya terdiri atas:
1.
Materi
adalah bahan-bahan atau zat yang diperlukan oleh organisme untuk
membanguntubuh. Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam
mineral) dan zat-zat organic(tubuh
organisme lain atau sisa-sisa tubuh organisme yang sudah mati).
2.
Energi
adalah daya yang diperlukan oleh organisme untuk melakukan aktivitashidup.
3.
Ruang
adalah tempat yang digunakan organisme untuk menjalankan siklus
hidupnya.Hewan dan organisme lain mempunyai hubungan yang saling ketergantungan
denganlingkungannya, sehingga timbullah hubungan timbal balik antara keduanya.
Hubungan timbal balik tersebut meliputi; Aksi, Reaksi dan Koasi.Lingkungan
abiotik hewan meliputi faktor-faktor Medium dan Substrat.
4.
Medium
adalah bahan yang secara langsung melingkupi organisme dan
organismetersebut berinteraksi dengan medium, seperti; Ikan menerima zat-zat
mineral dari air,sebaliknya air menerima kotoran ikan dalam air.Bagi beberapa
jenis hewan, mediummerupakan habitatnya.Beberapa fungsi medium bagi hewan;
a) Tempat tinggal misalnya; ikan hidup di air, cacing
hidup di dalam tanah
b) Sumber materi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh, misalnya;hewan darat memperolh Oksigen dari
udara.
c) Tempat membuang sisa
metabolisme, seperti Karbondioksida dan feces.
d) Tempat berepeoduksi,
misalnya, katak pergi ke air untuk kawindan bertelur.
e) Menyebarkan keturunan,
misalnya; Larva ketam air tawar (Megalopa),menyebar di perairan sungai setelah
berimigrasi dari laut ke arah hulu sungai.
Setiap medium berbeda komposisi merambatkan panas, sifat perubahnya
sebagaiakibat perubahan suhu, tegangan permukaan kekentalan, massa jenis dan tekanan.
5.
Substrat
adalah permukaan tempat organisme hidup terutama untuk menetap
atau bergerak, atau benda-benda padat tempat organisme menjalankan seluruh
atau sebagianhidupnya. Setiap organisme memerlukan medium, tetapi tidak semua
mempunyai substrat.Hewan air yang bersifat pelagic (berenang) tidak mempunyai
substrat. Medium juga tidak berubah sebagai akibat adanya aktifitas
organisme. Substrat mengalami modifikasi olehaktivitas
organisme, misalnya tanah padang rumput yang gembur menjadi padat jikadigunakan
untuk gembala kambing atau kerbau terus menerus. Substrat sebagai
tempat berpijak, membangun rumah atau kandang dan tempat makanan. Beberapa
hewanmenggunakan substrat sebagai tempat berlindung, karena warna substrat sama
dengan warnatubuhnya, misalnya; bunglon dan
belalang kayu.
Beberapa faktor fisik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah
a) Tanah
Tanah merupakan substrat bagi
tumbuhan untuk tumbuh, merupakan medium untuk pertumbuhan
akar dan untuk menyerap air dan unsure-unsur hara makanan. Bagi hewantanah
adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan yang
hidupdi dalam tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap hewan tersebut
adalahkekerasannya.Faktor dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan hewan tanah
antara lainkandungan air (drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban
serta sisa-sisa tubuhtumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung
air maka oksigen di dalam tanahakan berkurang dan karbondioksidanya akan
meningkat. Air juga menyebabkan tanahmenjadi cepat asam, karena eir mempercepat
pembusukan. Kurangnya oksigen menyebabkangangguan pernapasan , dan zat-zat yang
bersifat asam dapat meracuni hewan. Tanah yangterlalu kering menyebabkan hewan
dalam tanah tidak dapat mengekstrak air secara normal.Kandungan karbondioksida
dalam tanah lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah
banyak mengandung rongga pertukaran udara antar tanah dengan atmosfir
menjadi lancar,karbondioksida dapat keluar sementara oksigen
masuk.Rongga-rongga tanah dapatdiperbanyak jika dalam tanah tersebut banyak
hewan penggali tanahseperti cacing tanah dananjing tanah.
b) Air
Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan.
Perwujudan air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam
tubuh hewan akan berubahmenjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu
lingkungan, menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolosme
tidak akan bejalan noremal, sebaliknya penguapan air yangb berlebihan dari
dalam tubuh hewan menyebabkan tubuh kekeuranganair.Hewan dapat dibedakan atas 3
kelompok ditinjau dari pengaruh air, yaitu; Hidrosol (Hydrosoles) atau
hewan air,Mesosol (Mesocoles), hewan yang hidup di tempat yang tidak terlalu
basah dan tidak terlalu kering dan Xeroso (Xerosole), hewan yang hidup di
tempatyang kering karena tingginya penguapan.Penyebaran dan kepadatan hewan air
di lingkungan air ditentukan olehkemampuannya mempertahankan osmotic dalam
tubuhnya dan berhubungan dengankemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas
air.
c) Temperatur
Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan
menyebar ke berbagai tempat. Temperatur dapat berpengaruh terhadap hewan
dalam proses reproduksi,metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu optimum
adalah batas suhu yang dapatditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu
tersebut menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian karena tidk
tahan terhadap suhu.
d) Cahaya
Cahaya dapat mempengaruhi hewan, misalnya warna tubuh, gerakan hewan
dantingkah laku.
e) Gravitasi
Pengaruh gravitasi dirasakan oleh hewan jika hewan sedang berpijak
pada substratyang horizontal.Hewan yang berdiri di suatu bidang yang miring
atau tegak, berenang di air dan terbang di udara merasakan adanya pengaruh
gravitasi bumi. Gravitasi juga berpengaruh pada perbedaan tekanan air dan
udara.
f) Gelombang Arus dan Angin
Kehidupan hewan juga dipengaruhi oleh arus dan angina. Hewan yang
hidup di lingkunganair mengalir menghadapi resiko hanyut karena adanya aliran
dan arus air. Demikian denganhewan yang hidup di darat dan udara menghadapi
arus angina. Namun demikian arus air danangina yang normal sangat berpengaruh
positif terhadap hewann, karena air dan angina dapatmembantu sebagian aktivitas
hewan.
g) pH
Pengaruh pH terhadap organisme terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1)
secara langsung,mengganggu osmoregulasi, kerja enzim dan pertukaran gas di
respirasi, 2) tidak langsung,mengurangi kualitas makanan yang tersedia bagi
organisme, 3) meningkatkan konsentarasiracun logam berat terutama ion AI.Di
lingkungan daratan dan perairan, pH menjadi faktor yang sangat
berpengaruhterhadap kehidupan dan penyebaran organisme. Toleransi hewan yang
hidup di lingkunganair umumnya pHnya bervartiasi.
h) Salinitas
Salinitas adalah kondisi lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam
dilingkungan perairan dan air yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan
perairan tawar,air cenderung meresap ke dalam tubuh hewan karena salinitasi air
lebih renadah daripadacairan tubuh. Hewan yang bhidup di phabitat laut umumnya
bersifat isotonic terhadapsalinitas air laut sehingga tidak ada peresapan air
ke dalam tubuh hewan.
G. Kisaran Toleransi dan Faktor
Pembatas serta Terapannya
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak
mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang seluas-luasnya. Pada
prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu
terhadapsemua semua faktor lingkungan.
HukumToleransi Shelford
“Setiap organisme mempunyai suatu
minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas
dari kisaran toleransi organisme itu terhadapkondisi faktor lingkungan”
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan
yangmendekati batas kisaran tolrensinya, maka organisme tersebut akan mengalami
cekaman(stress). Fisiologis. Organisme berada dalam kondisi kritis. Contohnya,
hewan yangdidedahkan pada suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi kritis
Hipotermia dan padasuhu ekstirm tinggi akan mengakibatkan gejala Hipertemia apabila kondisi lingkungan suhuyang
demikian tidak segera berubah maka hewan akan mati.
Dalam menentukan batas-batas kisaran toleransi suatu hewan tidaklah mudah.
Setiaporganisme terdedah sekaligus pada sejumlah faktor lingkungan, oleh adanya
suatu interaksifaktor maka suatu faktor lingkungan dapat mengubah efek faktor
lingkungan lainnya.Misalnya suatu individu hewan akan merusak efek suhu tinggi
yang lebih kerasapabilakelembaban udara yang relative rendah. Dengan demikian
hewan akan lebih tahan terhadapsuhu tinggi
apabila udara kering disbanding dengan pada kondisi udara yang lembab.
Dalam laboratorium juga sangat sulit untuk menentukan batas-batas kisaran
toleransihewan terhadap sesuatu faktor lingkungan. Penyebabnya ialah sulit
untuk menentukan secaratepat kapan hewan tersebut akan mati. Cara yang biasa
dilakukan ialah denganmemperhitungkan adanya variasi individual batas-batas
kisaran toleransi itu ditentukan atasdasar terjadinya kematian pada 50% dari
jumlah individu setelah dideadahkan pada suatukondisi faktor lingkungan selama
rentang waktu tertentu. Untuk kondisi suhu, misalnyaditentukan LT50 ± 24 jam
atau LT50 ± 48 jam (LT= Lethal Temperatur). Untuk konsentrasisuatu zat dalam
lingkungan biasanya ditentukan dengan LC 50 ± X jam ( LC= LethalConcentration;
X dapat 24, 48, 72 atau 96 jam) dan untuk sesuatu dosis ditentukan LD50 ± XJam
.Kisaran toleransi terhadap suatu faktor
lingkungan tertentu pada berbagai jenis hewan berbeda-beda. Ada hewan yang
kisarannya lebar (euri) dan ada hewan yang sempit (steno).Kisaran toleransi
ditentukan secara herediter, namun demikian dapat mengalami perubahanoleh
terjadinya proses aklimatisasi (di alam) atau aklimasi (di lab).
Aklimatisasi adalah usaha manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisifaktor
lingkungan di habitat buatan yang baru. Aklimasi adalah usaha yang dilakukan
manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor lingkungan tertentu
dalamlaboratorium.
Konsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun preferendum diterapkan di
bidang- bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dan lain-lain.
Hal ini dilakukan denganharapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan dan reproduksi
dapat maksimum dan untuk kondisi hewan
yang merugikan kondisi lingkungan biasanya dibuat yang sebaliknya.
Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran di
suatuhabitat sangat ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat
tersebut. Kehadirandan kinerja populasi hewan di suatu tempat menggambarkan
tentang kondisi faktor-faktor lingkungan di tempat tersebut. Oleh karena
itu ada istilah spesies indicator ekologi, baik kajian ekologi hewan
maupun ekologi tumbuhan. Species indikatoe ekologi adalah suatuspecies
organisme yang kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi
petunjuk mengenai bagaimana kondisi faktor-faktor fisiko ± kimia di suatu
tempat.
Beberapa species hewan sebagai spcies indicator antara lain adalah Capitellacapitata
(Polychaeta) sebagai indicator untuk pencemaran bahan organic.Cacing Tubifex
(Olygochaeta) dan lain-lain.
Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan
perkembangan suatu ekosistem.
Keterbatasan dan
toleransi di dalam ekosistem
Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor
lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat
menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor
lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas
organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas. Justus Von
Liebig adalah salah seorang pioner dalam hal mempelajari pengaruh macam-macam
faktor terhadap pertumbuhan organisme, dalam hal ini adalah tanaman.
Faktor Pembatas Fisik dan Indikator Ekologi
Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme
terganltung kepada komples keadaan. Kadaan yang manapun yang.mendekati atau
melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor
pembatas. Dengan adanya faktor pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah
suatu organisme akan mampu bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah
tertentu.
Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu
faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup, maka faktor tadi bukan
merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabia organisme diketahui hanya
mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam, maka
faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor
pembatas, termasuk diantaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfir,
mineral, arus dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme
mempunyai kisaran kepekaan terhadap faktor pembatas.
Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai
ikut menseleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah.
Sehingga seringkali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami
suatu wilayah tertentu.pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi
(indikator ekologi) pada wilayah tersebut.
BAB
III
PENUTUP
1. Lingkungan
adalah faktor-faktor abiotik dan biotic di luar tubuh organisme
yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme, yang dibedakan atas kondisi
dansumberdaya.
2. Lingkungan
bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di
sekitar hewan dan dapat mempengaruhinya.Contoh-contoh kondisi adalah:
Temperatur, kelembaban, pH,
3. Di dalam
rantai makanan hewan adalah makhluk hewan ersifat heterotrof baik secara
holozoik, saprozoik, dan parasitik
4. Faktor-faktor
biotic yang berpengaruh terhadap kehidupan hewan adalah komunitas danekosistem,
produsen, konsumen, predator, parasit dan parasitoid, pengurai,
mikrobivor dan detritivor.
5. Faktor-faktor abiotik
yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah tanah, air,temperature, arus air
dan angin, salinitas dan makanan.
6. Setiap organisme
terdedah pada faktor lingkungan abiotik yang selalu dinamis
atau berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu.
7. Setiap hewan
mempunyai batas kisaran toleransi tertentu terhadap setiap factor
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan.
Malang : Universitas Negeri Malang
Begon, M., T.L. Harper & C.R. Townsend. 1986.Ecology: Individuals Populationsand Communities
Blacwell. Oxfor.Kendeigh, S.C.1980. Ecology With Special Reference to Animal &
Man PrenticeHall, New Jersey.
Kramadibrata, H.
(1996). Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar