MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Memahami dan Mengamalkan Al-Qur’an
DISUSUN OLEH :
NAMA : HUSNI FAJRI
NIM : 4214094
KELAS : 1.C BIOLOGI
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPU : AGUS MUKMIN, Lc, M.Hi
JURUSAN MIPA ( Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah “ Memahami dan
Mengamalkan Al-Qur’an ” ini. Sholawat dan salam tak lupa kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus Mukmin,Lc,M.HI atas
bimbingan yang diberikan dalam proses pembuatan makalah ini selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Kami berharap semoga makalah
“Memahami dan Mengamalkan Al-Qur’an ”
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa memberikan manfaat bagi kita
semua. Semoga Allah SWT mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin ya rabbal ‘alamin.
Lubuklinggau, 05 Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAPTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
A. Pengertian Al-Qur’an.............................................................................................. 2
B. Fungsi Al-Qur’an........................................................................................... 3
C. Cara Memahami Al-Qur’an..................................................................................... 4
D. Hadits Mempelajari Al Qur’an dan Mengajarkannya.............................................. 8
E. Hadits keutamaan surat Al-Baqarah dan Surat Ali
‘Imran..................................... 9
F. Mengamalkan Al-qur’an Dalam
Kehidupan Sehari-hari ......................................... 11
BAB III
PENUTUP....................................................................................................... 12
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………... 12
B.
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama yang
mengajarkan umatnya agar hidup bahagia di dunia dan akhirat. “Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi …” [Al
Qashash:77]
Sayangnya, banyak ummat Islam yang
tidak mempelajari sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga timbul
berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan akhlak dan lain
sebagainya.Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang beragama Islam, tapi
dia tidak sholat, berjudi, berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga umat
Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti Ingkar Sunnah yang tidak
mengakui dan tidak mau mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang
tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan lain sebagainya. Hal ini
jelas selain sesat juga menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.Oleh
karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran Islam berdasarkan sumber yang
sahih, bukan dari sumber yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran
agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.
Sabda Rasulullah Saw: “Aku
tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu
‘Abdilbarri).Al-Qur’an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang disampaikan
kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya berasal dari Allah SWT, dan
diperintahkan oleh Nabi untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits
atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga perbuatan dan izinnya) dalam
mendidik ummatnya sesuai dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Secara Etimologi Al Qur'an merupakan
mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا)
keduanya berarti: membaca, atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda
dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا). Berdasarkan
makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna
dengan Isim Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna
kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Isim Faa’il, artinya Jaami’
(Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan
hukum-hukum.
Sedangkan secara terminologi
Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk
seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah
SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui
para rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang menyatakan bahwa Al-Qur'an kalam atau wahyu Allah yang
diturunkan melalui perantaraan malaikat jibril sebagai pengantar wahyu yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan
ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5.
Sedangkan terakhir alqu'an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10
hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an
dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkahan,
pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi
kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
B.
Fungsi Al-Qur’an
1.Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan
Al-Qur’ansebagai petujuk umat manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S
AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44).
2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber
ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun
ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti
hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi
manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan
tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan
perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.
Bagi kita,umat yang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah
dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad
saw
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah
satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw. Al-Qur'an adalah wahyu
Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat
bagi Rasulullah Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan
sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya,
dan bernilai abadi.
Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah
menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman
Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya
orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa
Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi
ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi.
Demikian juga ayat-ayat yang
berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'.
Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan
keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian
dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya
Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an
adalah wahyu Allah SWT.
Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat
besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak
dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi
mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya
bahasa yang demikian itulah ‘Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar
Al-Qur'an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Bahkan Abu Jahal
musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat
adh-Dhuha yang dibaca Nabi.
Al-Qur’an mengatakan bahwa : “Pokok-pokok ajaran
Al-Qur’an begitu dinamis serta langgeng abadi, sehingga tidak ada di dunia ini
suatu kitab suci yang lebih dari 12 abad lamanya, tetapi murni dalam teksnya”.
Rasulullah
bersabda yang artinya : “ Ketahuilah, aku sungguh telah diberi Alquran dan yang
seperti Alquran bersama-sama.” [HR. Abu Daud].
Berikut beberapa contoh Tafsirul
ayat bil hadits :
Ayat yang artinya : “ Bagi orang-orang yang berbuat
Tambahan di sini menurut keterangan Rasulullah, ialah berupa kenikmatan melihat
Allah”. Beliau juga bersabda yang artinya : “Lantas tirai itu terbuka sehingga
mereka dapat melihat Tuhannya, itu lebih mereka sukai dari pada apa-apa yang di
berikan kepada mereka”. [HR.Muslim].kemudian
Beliau membaca ayat ini. “ada pahala yang terbaik ( Syurga) dan tambahannya.”
[QS.Yunus : 26].
C.
Cara
memahami al-qur’an
Allah
subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
دِينًاالإسْلام
لَكُمُوَرَضِيتُ نِعْمَتِيعَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْلَكُمْ كْمَلْتُ أَالْيَوْمَ
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3).
Kesempurnaan dan
kejelasan ajaran Islam pun telah ditegaskan oleh Nabi shallallahu ’alaihi
wasallam di dalam hadits berikut ini:
قَدْ
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ
إِلاَّ هَالِكٌ
“Sungguh
telah aku tinggalkan bagi kalian (syariat) yang putih cemerlang (jelas),
malamnya seperti siangnya. Tidak akan menyeleweng daripadanya sepeninggalku
melainkan dia akan binasa”. (HR. Ibnu Majah I/16 no.43, dan Ahmad IV/126
no.17182, dari jalan Al-‘Irbadh bin Sariyah rodhiyallahu anhu).
1. MEMAHAMI
AYAT DENGAN AYAT
Menafsirkan
satu ayat Alquran dengan ayat Alquran yang lain, adalah jenis penafsiran yang
paling tinggi. Karena ada sebagian ayat Alquran itu menerangkan makna ayat-ayat
yang lain. Contohnya ayat, yang artinya : “ Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali
Allah itu tidak pernah merasa cemas dan tidak pula merasa bersedih hati.”
[QS.Yunus : 62]. Lafadz Auliya’ (wali-wali), ditafsirkan dengan ayat berikutnya
yang artinya : “ Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.”
[QS.Yunus : 63]. Berdasarkan ayat di atas maka setiap orang yang benar-benar
mentaati perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, maka
mereka itu adalah Wali Allah. Tafsiran ini sekaligus sebagai bantahan
orang-orang yang mempunyai anggapan, bahwa Wali itu ialah orang yang mengetahui
perkara-perkara ghaib, memiliki kesaktian, di atas kuburnya terdapat bangunan kubah
yang megah, atau keyakinan-keyakinan yang bathil yang lain. Dalam hal ini,
Karomah bukan sebagai syarat untuk membuktikan orang itu wali atau bukan.
Karena Karomah itu bisa saja tampak bisa juga tidak. Adapun hal –hal yang aneh
yang ada pada diri sebagian orang-orang sufi dan orang-orang Ahli Bid’ah,
adalah sihir, seperti yang sering terjadi pula pada orang-orang Majusi di India
dan lain sebagainya. Itu sama sekali bukan Karomah, tetapi sihir seperti yang
di firmankan Allah, artinya : “Terbayang kepada Musa, seolah-olah ia merayap
cepat lantaran sihir mereka.” [QS. Thaha :66].
2. MEMAHAMI
ALQURAN DENGAN HADITS YANG SHAHIH
Menafsirkan
ayat Alquran dengan hadits shahih sangatlah penting, bahkan harus. Allah
menurunkan Alquran kepada Rasulullah tidak lain supaya diterangkan maksudnya
kepada semua manusia. Firman Allah, yang artinya : “… Dan Kami turunkan Alquran
kepadamu (Muhammad) supaya kamu terangkan kepada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka agar mereka pikirkan.” [QS. An-Nahl : 44].
Rasulullah
bersabda yang artinya : “ Ketahuilah, aku sungguh telah diberi Alquran dan yang
seperti Alquran bersama-sama.” [HR. Abu Daud].Berikut beberapa contoh Tafsirul
ayat bil hadits : Ayat yang artinya : “ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada
pahala yang terbaik ( Syurga) dan tambahannya.” [QS.Yunus : 26]. menurut
keterangan Rasulullah, ialah berupa kenikmatan melihat Allah. Beliau bersabda
yang artinya : “ Lantas tirai itu terbuka sehingga mereka dapat melihat
Tuhannya, itu lebih mereka sukai dari pada apa-apa yang di berikan kepada
mereka. “ kemudian Beliau membaca ayat ini. [HR.Muslim]. keturun ayat, yang
artinya : “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka
dengan kedzaliman …” [QS. Al-An’am : 82]. Menurut Abdullah bin Mas’ud, para
Sahabat merasa keberatan karenanya. Kemudian mereka pun bertanya , “ Siapa di
antara kami yang tidak mendzalimi dirinya ya Rasul ?” Beliau menjawab, “ Bukan
itu maksudnya. Tetapi yang dimaksud kedzaliman di ayat itu adalah Syirik.
Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada putranya yang artinya : “ Wahai
anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Karena perbuatan Syirik
(menyekutukan Allah) itu sungguh kedzaliman yang sangatlah besar.” [HR.
Muslim]. Dari ayat dan hadits itu dapat di ambil kesimpulan : Kedzaliman itu
urutannya bertingkat-tingkat. Perbuatan maksiat itu tidak disebut Syirik. Orang
yang tidak menyekutukan Allah, mendapat keamanan dan petunjuk.
3. MEMAHAMI
AYAT DENGAN PEMAHAMAN SAHABAT
Merujuk
kepada penafsiran sahabat terhadap ayat-ayat Al Qur’an seperti Ibnu ‘Abbas dan
Ibnu Mas’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat.
Karena, disamping senantiasa menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung
dari Beliau. Berikut ini contoh Tafsir dengan ucapan Sahabat, tentang ayat yang
artinya : “ Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [QS.
Thaha : 5]. Al Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Baari berkata, Menurut
Ibnu ‘Abbas dan para Ahli Tafsir lain, Istiwa itu maknanya Irtafa’a (naik atau
meninggi).
4. HARUS
MENGETAHUI GRAMATIKA BAHASA ARAB
Tidak
di ragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Alquran ,
mengetahui gramatika bahasa arab sangatlah penting. Karena Alquran diturunkan
dalam bahasa Arab. Firman Allah yang artinya : “ Sungguh kami turunkan Alquran
dengan bahasa Arab supaya kamu memahami.” [QS. Yusuf : 2]. Tanpa mengetahui
bahasa arab, tidak mungkin bisa memahami makna ayat-ayat Al qur’an. Sebagai
contoh ayat : Tsummas tawaa ilas samaa’i. makna Istiwa ini banyak di perselisihkan.
Kaum Mu’tazilah mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran
yang sangat keliru. Tidak sesuai dengan bahasa arab. Yang benar, menurut
pendapat para Ahli Sunnah Wal Jama’ah, Istiwaa artinya ‘ala wa Irtafa’a
(meninggi dan naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan Al-‘Ali (Maha
Tinggi). Anehnya banyak orang penganut faham Mu’tazilah yang menafsiri lafadz
Istawa dengan Istaula. Pemaknaan seperti ini banyak tersebar di dalam
kitab-kitab Tafsir, Tauhid dan ucapan-ucapan orang. Mereka jelas mengingkari
ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas tercantum dalam ayat-ayat Al Qur’an dan
Hadits-hadits yang shahih, perkataan para sahabat dan para Tabi’in, mereka
mengingkari bahasa Arab di mana Alquran diturunkan dengan bahasa itu. Al Imam
Ibnu Al Qayyim berkata, Allah memerintahkan orang-orang Yahudi supaya
mengucapkan “Hitthotun” (bebaskan kami dari dosa), tapi mereka rubah menjadi
“Hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum Mu’tazilah yang mengartikan
Istiwa dengan arti Istaula.
Contoh
kedua, pentingnya bahasa arab dalam menafsirkan suatu ayat, misalkan ayat yang
artinya : “ Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah ( yang Haq ) melainkan
Allah…” [QS. Muhammad : 19]. Ilah artinya Al Ma’bud ( yang di sembah) maka
kalimat Laa ilaaha Illallaah, artinya La Ma’buuda illallaah (tidak ada yang
patut di sembah kecuali Allah). Sesuatu yang di sembah selain Allah itu banyak
; Orang-orang Hindu di India menyembah sapi. Pemeluk Nashrani menyembah ‘Isa Al
Masih, tidak sedikit dari kaum muslimin sangat di sesalkan karena menyembah
para wali dan berdo’a meminta sesuatu kepadanya. Padahal, dengan tegas
Rasulullah berkata, Artinya :” Do’a itu ibadah.” [HR.Tirmidzi]. Karena sesuatu
yang dijadikan sesembahan oleh manusia banyak macamnya, maka dalam menafsirkan
ayat diatas harus ditambah dengan kata Haq sehinggan maknanya menjadi Laa
Ma’buuda Haqqon Illallaah ( tidak ada sesembahan yang Haq kecuali Allah).
Dengan begitu, semua sesembahan-sesembahan yang bathil yakni selain Allah,
keluar atau tidak masuk dalam kalimat tersebut. Dalilnya ialah ayat berikut,
yang artinya : “ Demikianlah, karena sesungguhnya Allah. Dialah yang Haq. Dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang bathil.” [QS.
Luqman : 30]. Dengan di artikannya makna Ilah menjadi Al Ma’buud, maka jelaslah
kekeliruan kebanyakan kaum muslimin yang berkeyakinan bahwa Allah ada di
mana-mana dan mengingkari ketinggian Nya di atas ‘Arsy dengan memakai dalil
ayat berikut ini, yang artinya : “ Dan Dialah Tuhan di langit dan Tuhan di
Bumi.” [QS. Az-Zukhruf : 84]. Sekiranya mereka mamahami arti Ilah dengan benar,
niscaya mereka tidak memakai dalil ayat tersebut. Yang benar, seperti yang
telah di terangkan di atas, Al Ilah itu artinya Al Ma’buud sehingga ayat itu
artinya menjadi : “ Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang
disembah) di Bumi.” Contoh ke tiga, pentingnya Gramatika bahasa arab untuk
supaya bisa menafsirkan ayat dengan benar, ialah mengetahui ungkapan kata akhir
tapi didahulukan, dan kata depan namun ditaruh di akhir kalimat. Sebagai
contoh, Firman Allah : “ Iyyaaka na’budu wa Iyyaaka nasta’in.” Artinya : “Hanya
kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu pula kami memohon pertolongan.” [QS
Al Fatihah : 5]. Di dahulukan kata Iyyaaka atas kata kerja Na’budu dan
Nasta’in, ialah untuk pembatas dan pengkhususan, maka maksudnya menjadi Laa
Na’budu illa iyyaaka walaa nasta’iinu illa bika yaa Allah, wanakhusshuka bil
‘ibaadah wal ‘Isti’aanah wahdaka. ( kami tidak menyembah siapa pun kecuali
hanya kepada-Mu. Kami tidak memohon pertolongan kecuali hanya kepada-Mu, ya
Allah. Dan hanya kepada-Mu saja kami memohon beribadah serta memohon
pertolongan).
5. MEMAHAMI
NASH AL QUR’AN DENGAN ASBABUN NUZUL
Mengetahui
Asbabun Nuzul (peristiwa yang melatari turunnya ayat) sangat membantu sekali
dalam memahami Alquran dengan benar.
D.
Hadits
Mempelajari Al Qur’an dan Mengajarkannya.
خَيْرُكُمْ
وَسَلَّمَعَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللهِ رَسُولُ قَالَ:قَالَ عَنْهُتعالى اللَّهُ رَضِيَ
عَفَّان بنِ عُثْمَانَعَنْ:
وَعَلَّمَهُ
الْقُرْآنَ تَعَلَّمَ مَنْ
Dari
Utsman bin 'Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata: bersabda Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
AlQur’an dan mengajarkannya”. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari Rahimahullahu
Ta’ala).
Faidah-faidah
yang bisa diambil dari hadits di atas adalah:
Beragamnya
keutamaan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya. Bahwasanya ilmu yang paling
utama adalah mempelajari AlQur’an dan mempelajari makna-makna yang terkandung
di dalam AlQur’an, serta mengamalkan ilmu tersebut, bukan hanya hafalan yang
kosong dari pemahaman maknanya.
Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak
membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas
lainnya.
Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at
kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika
di dunia.Berkata Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu Ta’ala: “Wajib
untuk diketahui bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam
menjelaskan kepada para shahabatnya Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum, makna-makna
AlQur’an sebagaimana beliau menjelaskan lafadz-lafadznya kepada mereka. Maka
firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menjelaskan pada umat manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka” (QS
An-Nahl:44), mencakup penjelasan secara lafadz dan makna. Sungguh telah berkata
Abu ‘Abdurrahman As-Sulamy: “telah mengabarkan kepada kami orang-orang yang
dahulu membacakan kami AlQur’an dari kalangan shahabat seperti Utsman bin
‘Affan, ‘Abdullah bin Mas’ud dan selain mereka berdua, bahwasanya dulu ketika
belajar dari NabiMuhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam 10ayat AlQur’an, mereka
tidak akan melanjutkannya sampai mereka mendalami benar apa-apa yang ada di
dalamnya, baik berupa ilmu maupun amalannya. Mereka Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum
berkata: “Maka kami belajar ilmu-ilmu AlQur’an serta mengamalkan seluruhnya.”.
E.
Hadits keutamaan surat Al-Baqarah dan Surat Ali
‘Imran
Dari
shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bacalah
oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena
keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau
dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa
rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya
mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak
akan mampu menghadapinya. [HR. Muslim 804]
Dari
shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya
mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
«
يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ
بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا
».
“Akan
didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya
dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat
Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.”
[HR. Muslim 805]
Pada
hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat
Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan
dua hal, yaitu :
1.
Membaca Al-Qur`an, dan
2. Beramal dengannya.
1.
Type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani
berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an
menjadi hujjah yang membantah mereka.
2. Type
lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita
Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya,sehingga Al-Qur`an
menjadi hujjah yang membela mereka.
Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Al-Qur`an
itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang
membantahmu.” [HR. Muslim]
Dalam
hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an
adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala
:
“Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya
mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29]
“supaya
mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan
beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah
tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah
dari ilmu.
F. Mengamalkan
Al-Qur’an Dalam Kehidupan Sehari-hari
Pertama ; Mengimani Al Qur'an,
meyakini Al-Qur'an sebagai Wahyu Allah yang harus dipahami dan dipelajari untuk
dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman hidup, bukan dijadikan jimat, dan lain-lain.
Kedua ; Melafadzkan,
artinya qiro'ah/membaca Al Qur'an dengan lancar ataupun dengan terbata-bata,
bagi Allah yang dinilai adalah seberapa besar usaha kita untuk dapat membaca Al
Qur'an. Disampaikan pula sebagai motivasi bahwa orang yang membaca Al-Qur'an
dengan terbata-bata lebih dihitung oleh Allah SWT.
Ketiga ;
Memahami Al Qur'an Alqur'an setelah dibaca dipahami maknanya sehingga dijadikan
sebagai tuntunan untuk memperoleh keselamatan di dunia sampai akhirat.
Keempat ; mengamalkan,
dijelaskan bahwa pokok dari Al-Qur'an adalah amalan, dengan begitu maka
fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk dapat terpenuhi.
Kelima ; Mendakwahkan Al-Qur'an,
yaitu menyampaikan kelada orang lain dalam bentuk verbal ataupun non verbal,
yaitu memberikan contoh/tauladan perilaku yang berakhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pengalaman Al Qur'an merupakan bagian terpenting
mendakwahkan Alqur'an.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alhamdulillah
atas sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Mempelajari dan
Mengamalkan Al Qur’an sudah dijelaskan sebagaimana kita harus dapat mempelajari
dan memahami Al Qur’an untuk kepentingan kita semua. Oleh sebab itu kita
sebagai umat Islam harus senatiasa mencontohkan Akhlak Nabi Muhammad SAW .Untuk
Keselamatan kita semua di dunia dan akhirat Oleh karena itu, dalam pembahasan ini
banyak mengandung masalah keNabian, keTuhanan, dan peribadatan terhadap Allah
Swt. Ilmu taubat adalah ilmu yang penting. Keperluan atas ilmu itu amat
mendesak, terutama dalam zaman kita ini. Karena manusia telah banyak tenggelam
dalam dosa dan kesalahan. Mereka melupakan Allah SWT sehingga Allah SWT membuat
mereka lupa akan diri mereka. Banyak sekali godaan untuk melakukan kejahatan,
dan banyak pula penghalang manusia untuk melakukan kebaikan.
Akhirnya,
semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjadikan Allah
sebagai tujuan hidup kita, Rasulullah Muhammad Saw. sebagai Panutan hidup kita,
Al-Quran sebagai imam dan petunjuk hidup kita, Jihad sebagai jalan juang kita
dan Mati Syahid dijalan Allah menjadi cita-cita kita tertinggi. Sembari
bermunajat kepada Allah Swt. dengan penuh khusyu’ dan khudlu’ mudah-mudahan
sekecil apapun perbuatan kita yang senantiasa diiringi dengan keikhlasan
menjadi kendaraan menuju surga Allah Swt. dan menempatkan kita beserta para
Nabi dan rasul-Nya, bersama orang-orang yang ditunjukan kebenaran atas
risalah-Nya, bercengkrama bersama para Syuhada dan shalihin dan termasuk
golongan orang yang dicintai-Nya. Amiin …
B. Daftar Pustaka